Langsung ke konten utama

bukan jakarta lagi

 

im so exhausted, dad...


saya tidak menemukan apa yang saya inginkan disini pa.

bukan ini yang saya mau, pa. 


saya melayani seperti memang sebuah keharusan yang tidak mampu saya bantah.

saya kehabisan akal, pa. Saya kehabisan "rasa" disini. Satu-satunya alasan saya berada disini adalah PROFESIONALITAS. Sumpah dokter yang saya lafalkan, pa. Membuat saya belajar menyenangi apapun yang rasanya tawar disini.

Rasanya terlalu childish pa, bila saya keluar hanya karena tidak nyaman. Yesus membuat alasan itu terlihat jauh lebih keren, saya lulus CPNS di SOLO. Sehingga, saya terlihat jauh lebih hebat kan? walaupun rasanya biasa saja, pa. Tidak ada yang membuat saya begitu bangga dengan kelulusan ini, pa.

Pa, sebentar lagi, saya akan memiliki "tempat pulang" yang baru, 

SOLO. Saya ditempatkan disana, pa. 

 Meninggalkan jakarta, seperti meninggalkan "rumah". Setengah hati saya tertinggal di kota ini, pa. Sebab bagi saya, Rumah adalah jakarta, pa. Tempat saya tumbuh dan berkembang, bersama papa dan mama. Papa, harus tau, saya menguatkan hati saya untuk beranjak pergi pa. saya tidak akan menjadi anak kecil yang pengecut dan penakut. Saya harus menghadapinya dengan beranikan? 

Tuhan Yesus menjawab doa mama dengan mematahkan hati saya, pa. Semua orang senang dengan hasil yang saya dapat. Saya? Saya lebih kearah apatis, pa. Saya tidak merasakan sesuatu hal yang besar terjadi pada saya. Sekalipun semua ucapan tertuju dengan lancar pada saya. Hati saya begitu tawar, pa.

Memikirkan untuk harus menetap di kota lain dan meninggalkan mama sendiri, kok hati saya rasanya patah ya? Namun, belajar untuk mensyukuri apa yang tidak saya inginkan itu sulit, pa. Sulit sekali. 

Sampai detik ini, saya masih "nelangsa" setiap kali mengingat bahwa tahun depan, saya tidak lagi di jakarta. Namun, bukankah itu esensi hidup yang selalu papa ajar ya? Dimanapun saya ditempatkan saya harus bisa menjadi berkat disana.

Bukan adaptasi yang menggelisahkan saya, pa. Saya bisa survive dimana saja pa. Saya hanya belum siap berpisah dengan sebuah keterbiasaan-keterbiasaan baru yang harus saya jalani pa. Saya harus siap sendiri, pa. Tidak ada eset yang bisa saya suruh-suruh. Tidak ada amor yang bisa saya teriakin ambil ini itu. Tidak ada rasta, mbul dan rong2. Tidak ada "rumah" yang selalu bersama saya. Bukan kesendirian atau kesepian yang menakutkan saya, pa. Namun, perasaan asing di tempat baru itu. 

Saya percaya, bahwa saya bisa berteman dengan siapa saja, pa. Hanya saja, papa tau seperti apa saya'kan? Saya manusia yang cepat bosan pa. Sehingga segala hal yang memuakkan saya, selalu menjadi alarm pengingat yang buruk. 

Papa tau, suatu masa dulu, saya pernah bilang buat rasta dan mbul, pernyataan bodoh tentang saya ingin tinggal disebuah kota yang tenang. Dimana penduduknya ramah, kota yang sepi dan tidak sramai jakarta. Dulu, saya mengatakan dengan lantang pada mereka, saya mau tinggal di Salatiga. Lalu, tiba-tiba saja tahun-tahun berikutnya, saya akan tinggal disana. 

Bukankah Yesus selalu punya kejutan tidak terdugakan, pa?


i dont know how my feels, nok. Saya selalu tertawa dan kuat kan pa? 


pa, belakangan ini, saya jauh lebih rindu suasana IGD dan Rumah sakit. Saya mau kembali ketempat itu, pa. Tempat dimana saya merasakan"bernafas" dengan benar. Mengerjakan apa yang saya suka. Menghidupkan kembali sisi gila saya. Mungkin terdengar sangat tidak bersyukur ya? 

rumah sakit adalah tempat dimana saya hidup, papa. Dimana segala sesuatu terasa begitu tepat dan benar sesuai dengan apa yang saya inginkan. Bekerja di Rumah Sakit. 

Papa tau? Tempat nanti saya diutus itu bukan lagi sebuah balai kesehatan, pa. Tempat itu sedang berproses menjadi sebuah Rumah Sakit Umum Pusat Surakarta. Semoga kehadiran saya disana, bisa membuat segala sesuatu menjadi lebih baik dan memajukan RSUP ini.


pelan-pelan ya, pa. Satu persatu mimpi kita akan terwujud, papa. Saya akan memeperjuangkan kembali semua hal yang kita lewatkan kemarin, pa. Disini, dikota ini. Surakarta. Solo.

Saya akan menetap disini pa. Menemukan kemungkinan-kemungkinan lain dari hiruk pikuk jakarta. Mempelajari dengan baik dan benar, apa yang saya inginkan. Menepi dan merefleksikan lagi, prioritas yang saya buat selama ini. 

dan lalu, menemukan alasan untuk "kerasan" disini. 


Papa, ini hari ke 7 saya sudah berada di SOLO. Saya sudah menjalani orientasi. Sudah memiliki kosan dan menjadi anak kosan kembali. Yang artinya cari makan sendiri lagi. Survive sendiri lagi. Ibu kosan saya seperti ibu putri, pa. Beliau baik dan sangat ramah, pa. Saya nyaman di kosan ini, walaupun letaknya agak jauh dari RS. Papa, tau ngga, saya rencananya mau beli sepeda. Sekaligus olahraga pa.

saya sudah jalan ke jogja sama mama kemaren, sebelum mereka pulang. Buat nyari kipas angin bazoka kesukaan saya aja, saya harus nyari sampe ke sana paaaa... Hmmm, saya belom ke Salatiga, pa. Nanti, satu-satu.

Kalo papa ada, kita pasti ngunjungin salatiga duluan ya kan? Kota kelahiran saya. 

Semua berjalan dengan baik papa. Jangan khawatir, saya jauh lebih siap untuk mandiri disini papa. 

Papa seneng kan, apa yang selama ini papa mau akhirnya jadi kenyataan? Anaknya keterima CPNS KEMENKES. lulus. Pa, saya dilatih untuk sabar, untuk tidak memaksakan segala hal menurut maunya saya. Saya baru CPNS, jalannya masih panjang, semua hal butuh proses. Mungkin PNSnya masih tahun depan. 

Seenggaknya, kalo kata mama, semua mengikuti kehendak Tuhan Yesus. Saya tidak sepintar itu, namun bisa lulus itu karena Tuhan Yesus punya rencana untuk saya.


09 januari 2021

Semoga 2021, semua hal menjadi lebih baik. 

Walaupun kasus di indonesia semakin meningkat dan segala faskes sudah kewalahan.

semoga Tuhan semesta alam melindungi kami, segenap warna INDONESIA.

Tuhan menguatkan seluruh petugas medis, relawan, tenaga perbantuan, dimanapun mereka ditempatkan, agar dalam melayani dan menghadapi wabah yang kian menjadi ini, kami diberikan kekuatan, kesabaran, ketabahan dan hati yang mau melayani dengan tulus. Serta keberanian untuk menghadapi setiap resiko yang harus kami jalani sebagai bentuk tanggung jawab terhadap profesi ini. Tuhan bersama kita ya. Jangan putus asa. Jangan patah semangat. 

Sebab yang kita hadapi adalah virus bangsat yang kian merajalela, lalu yang kita layani adalah manusia yang memiliki keluarga yang juga menunggu mereka pulang dengan selamat, sama seperti kita, dan yang kita hidupi adalah waktu-waktu dimana kewarasan berpikir dibutuhkan agar pelayanan dan tanggung jawab dapat berjalan berdampingan.

Tuhan menyertai kita.


dari solo,

di kamar kos yang sangat nyaman.

tiba-tiba mager mau beli makan dan jajanan. 


noted : kamar saya nda seberantakan dulu lagi. Kukangnya sudah rajin bersihin kamar dan menata kamarnya. Rajin banget nyuci dan nyetrika baju, walaupun sebagian dilaundry. 

Hal pertama yang membuat saya suka dengan kota ini adalah tenangnya dan nyamannya.

saya menyukai segala sesuatu yang tenang, teduh dan tidak berisik. walaupun, jakarta menjadi tujuan utama pulang, saya pikir...solo adalah alasan terbaik untuk menetap. 

Komentar

  1. Apa yang Tuhan buat pasti baik walaupun kadang rasanya pahit. Jadilah seperti Abraham yang pasrah kemana saja Tuhan suruh dia pergi. Kita memang tidak saling kenal. Saya cuma tau kamu anaknya Pdt Ihalauw teman saya. Baik2 ya kamu di sana. Saya doakan kamu, Amor dan Eset sukses dengan mimpi kalian. Saya juga doakan mama kamu selalu sehat bahagia dan sukses dalam kariernya juga sebagai pelayan Tuhan.
    Lumayan kaget tau kamu ternyata sudah di Solo dan akan tinggal lama di sana. Kirain masih di Wisma atlet. Ada perasaan sedih. Aneh ya.
    Tuhan Yesus memberkati kamu dalam segala hal.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...