Papa,
Tau kan, saya ngga bisa dilarang?
Papa,
Mengertikan kalo saya mau, saya harus dapat.
Papa,
Pasti senyum kalo ada, iyakan, pa?
Ketika mereka meminta tolong untuk ikut berperang melawan coronces bangke ini, dan...
Benyadanya papa mengiyakan.
Benyadanya papa,
Membuat keputusan bahkan tanpa bertanya pada siapapun. Dia selalu begitu kan pa?
Papa selalu bilang "mau punya mau", tapi papa tidak pernah melarang saya. Papa memberi keleluasaan untuk saya memutuskan apa yang saya mau, membiarkan saya menjalaninya lalu mengajarkan saya setiap pilihan ada resikonya.
Setiap keputusan2 penting dalam hidup saya, papa disana. Bukan untuk membantah, namun menimbang. Bukan untuk melarang, namun membijaki, melihat pilihan2 lain dari sudut pandang papa. Thats why i love him.
Papa tau,
Ketika malam itu saya bilang ke mama, amor, eset, bahwa saya akan masuk wisma atlet, mereka terdiam.
Amor marah, pa. Mama pasrah. Eset? Dia cuman senyum. Mereka tau, keputusan saya tidak bisa dibantah.
Saya yang memutuskan apa yang terbaik, bersama mereka saya mendiskusikan kemungkinan2 terburuk dari pilihan yang saya buat.
Dan, saya siap untuk hal itu. Iyakan, pa?
Dan disinilah saya untuk beberapa bulan kedepan.
Saya menyebutnya misi kemanusiaan.
For mankind.
Kalo bahasanya papa, hidup untuk menghidupkan orang lain.
Saya ingin terlibat, pa. Saya tidak mau hanya jadi penonton. Setelah selama ini, saya berada dilingkar luar, melayani pada pelayanan umum. Saya ingin masuk dalam lingkaran itu.
Pengalaman, pa. Saya ingin punya cerita. Bahwa suatu waktu dulu, saya juga ada untuk ikut disana.
Boleh kan pa?
(*kalo papa ada, beliau pasti menatap tajam kearah saya, menggeleng, pura2 liat tempat lain, lalu bergumam "susah anak perempuan papa. Mau punya mau. Kalo dia mau, harus iya.")
Berkali-kali, saya mematahkan hati papa karna mengikuti ego saya. Mementingkan mimpi2 saya sendiri.
Hingga saat ini, saya masih benyada kecilnya papa noke. Gadis kecil keras kepala yang selalu membuat khawatir bapaknya.
Tenang, pa. Saya akan menjalaninya dengan bertanggung jawab. Mama, amor, eset aman, pa. Saya juga tetap menjaga mereka, pa. Selalu.
Mungkin mama agak sepi ya. Soalnya, biasanya kita berdua cerita2 banyak hal. Ngobrolin apa aja sampe capek lalu tertidur.
Amor eset? Agak ngga kekontrol ya, pa? Hahahahahahahhahahahaahaa... karna "BOSS" mereka ngga ada dirumah, pa. Hahahahahahhahahahaa...
Papa jaga saya ya dari sana. Doain saya, supaya dalam setiap kali saya tugas, saya menyelesaikannya dengan baik, pa.
Tuhan Yesus menjaga saya, papa. Papa ngga perlu khawatir. Segalanya baik2 saja. Saya hanya sedang melatih diri saya untuk keluar dari zona nyaman saya. Membiasakan diri saya, bekerja dibawah sistem yang berbeda.
Papa, bangga'kan? (*peluk noke)
28 september
Saya bilang tentang pemanggilan saya ke wisma atlet. Karna, saya mengenal salah satu dr disana. Dia meminta saya untuk ikut. Mereka kekurangan tenaga. Dan saya mengiyakan tanpa berpikir panjang.
Sumpah yang saya lafalkan, harus saya jalankan. Bagaimanapun situasinya.
Karna tempat seorang dokter adalah disamping pasiennya.
Amor : ko gilaaaak kali. Ngga. Sa ngga mau. Ngga ada ya, eh yedijah. Saya bilang ngga pergi kesana ya. (*emosi)
Mama : asal kaka baik2 ya. Mama ikut aja.
Eset : mantap.
Amor melihat jengkel ke eset dan mama. ....mama ijinin kaka pergi? Mama ngga tau berapa banyak dokter yang meninggal? Ko juga apa sih mantap2, goblok.
Mama kaka harus melayani disana. Tuhan Yesus utus kaka kesana, kaka harus pergi.
Amor saya ngga habis pikir dengan kalian. Ada apa sih mau kesana. Kaka, stop ya. Saya ngga liat ko pergi. Ko bukan cuman punya pasien, kita juga.
Saya menatap amor. .....saya ngga butuh ijinmu. Ko taukan? Ini hanya pemberitahuan, bukan minta ijin. Saya udah putusin. Saya berangkat besok.
Amor meninggalkan kita. Dia keluar. Eset ketawa. Mama memeluk saya.
Pandemi ini bukan untuk ditakuti, tapi diwaspadai.
Malam setelah saya ngepak. Saya duduk diluar dengan amor eset.
Amor ko beneran pergi besok pagi?
Saya ko bukan manusia tolol kan? Untuk sa ulang2 terus.
Amor kak, sa ngga mau ko kenapa2.
Saya dimana imanmu? Untuk siapa ko percaya?
Eset disaat2 kayak gini sa pikir ko lebih cocok jadi pendeta, kak.
Hahahahahhaabhahahahahahahahaa....
Amor saya ngga becanda, anjing kecil. Ini kakak kita yang mau pergi. Ko kira lucu ya. Ko butuh diakui bahwa ko kerja disana?
Saya tertawa. ....saya nda perlu pengakuan siapapun, tapi saya harus belajar menerima bahwa saya harus belajar keluar dari zona nyaman saya. Bukan mengakui diri, tapi menerima diri saya.
Eset berapa lama, kak?
Saya 3 bulan katanya.
Amor ini lagian kenapa ya ngga selesai corona ini, anjing memang kok virus bangsat.
Saya dan eset ketawa. ....keadaannya ngga salah, boon. Ini udah terjadi, yang perlu dilakukan adalah bertindak. Saling jaga. Saling bantu.
Amor ko kasih kabar tiap hari ya. Kasih kabar kakak!
Saya sejak kapan ko jadi noke?
Amor kalo sampe ko jadi sesuatu, saya hancurin semua disana.
Saya ketawa. .....saya bertahan dihutannya papua, 3 tahun dan kalian ngga khawatir. Saya disana 3 bulan, kalian lebai banget. Bahkan ketika saya terombang ambing dilautan dengan getek, ketemu buaya, ada ular dirumah jaga, kalian ketawa denger ceritanya. Saya mandi lumpur, jalan puluhan kilo, ngga ada yang suruh saya pulang cepet.
Amor karna itu pengabdianmu. Dan sa tau ko senang lakuin itu
Saya thats the point. Ini pengabdian saya, mor. Dan saya suka ngelakuin itu. Untuk sesuatu hal yang saya suka, saya mau, saya akan jalanin, seberat apapun konsekuensinya.
Eset ko hati2 kak. Pake apd lengkap.
Saya menjeling ke arah nyemcil dan tertawa. .....ga usah nasehatin saya, ini bukan bidangmu.
Eset tertawa. Hahagahahahahahahahhahaa...
Amor apdnya lengkap?
Saya bukannya selama ini juga jas hujan dan saya baik2 saja?
Amor kak disana positif orang2nya.
Saya mor, yang menakutkan dari ketakutan itu adalah pikiran kita. Kalo ko berpikir sesuatu yang buruk terjadi, itu akan terjadi, kenapa? Karna pikiranmu tidak terarah pada sesuatu yang benar. Saya ngga bodoh. Saya tau, saya harus gimana. Lagi pula, ada Tuhan Yesus dengan saya.
Eset tepuk tangan. (*bangsat memang anak kecil ini)
Amor diam. Eset ketawa dengan saya.
Benyada Remals "dyzcabz"
Jaga pertama saya disini, ngga seindah yang dibayangkan. Pasien obs 4, dirujuk 2.
Setelah jaga, saya "gemetar", mon maap...
Saya hipoglikem. Yup, saya pengidap hipoglikem. Baju jaga basah sebasah basahnya. Gemetar.
Masuk kamar. Mandi. Cuci baju. Baru makan. Jam 00.45.
Selesai makan, saya duduk2 ditempat tidur, lalu bergumam... papa saya capek sekali. Betisnya tegang banget.
Lalu saya lupa, ketiduran ternyata hahhahahahahahahahahaaa...
Lalu, papa datang pijit saya punya betis. Dalam keadaan setengah tidur, saya mengenali bayangan ayah saya duduk diujung tempat tidur saya. Namun saya terlalu lelah untuk menyapa.
Besoknya, saya cerita ke mama. Mama senyum. "Papa selalu khawatir dengan kakak'kan? Kaka gimana udah pulang jaga kah? Kaka dimana udah makan blom. Papa tuh selalu tanya anak perempuannya."
Saya tersenyum. Ayah saya memang sudah tidak ada. Tapi, bagi saya, cintanya menguatkan saya. Bahkan dalam bentuk bayanganpun, saya mampu mengenalnya.
Tuhan Yesus, jaga papa ya.
Bilang buat papa, anaknya cuman capek aja.
Kalo biasanya dia pulang jaga, papa ada. Sekarang, dia harus kuat sendirian.
Saya melarang mama, amor, eset, untuk memberitahu siapapun tentang tugas ke wisma atlet ini. Ini tidak membanggakan, ini memang sudah tugasnya.
Saya tidak suka mengumumkan bahwa saya ada disini. (*tapi lo nulis ini), iya, ini kan cerita saya. Namun, di medsos manapun kalian tidak akan menemukan saya upload apapun tentang tugas2 saya.
Saya membenci romantisasi berlebihan tentang tenaga medis.
Kami tidak gila hormat, bahkan tidak minta untuk puja puji, hanya saja tolong jaga diri kalian.
Sama2 saling jaga. Saling bantu. Saling mengingatkan.
dr. Yedy, FOR MANKIND.
(*ternyata saya sebantet itu hahahahhahahahahahahahahahaa)
Tuhan Yesus tolong jaga dan lindungi anak perempuannya Pdt Ihalauw dari bahaya virus Corona. Berkatilah dia di dalam tugasnya. Amin.
BalasHapus