Sekali kali, boleh ya...
Pulang kuliah. Sore kearah malam. Ngerjain tugas. Upload syarat2 SIP yang sungguhlah cukup ribet dan entah kenapa, saya berasak mei terlalu panjang untuk dilewati.
Dan lalu, saya duduk di tepi tempat tidur. Merenung. Entah sudah berapa lama, saya tidak "me time" lagi. Tidak menikmati hidup. Bahkan, tidak melihat "saya" di kaca. Tidak mencermati hal2 yang berubah pada saya. Kerja saya cuman kuliah, ngerjain tugas, cakupan dan belajar.
Ya memang belum serepot itu. Tapi, ya repot juga. Saya menikmatinya. Makasih ya, Yesus untuk kemurahanNYA.
Dan entah kenapa, saya mengambil hp dan selfie. Sekedar ingin melihat saya aja. Saya dalam bingkai sebuah kamera.
Dan lalu, saya berbisik pada diri saya sendiri...
I love you, nyed.
Terima kasih ya sudah berjalan sejauh ini. Terima kasih untuk tetap menjadi waras ditengah kegilaan ini.
Untuk tetap mau belajar banyak hal.
Terima kasih untuk tetap menemukan hal yang bisa ditertawakan ditengah keabsurdan hal2 yang ga penting.
Terima kasih untuk tetap mengingat apa yang ayah ibumu ajarkan.
Dan terima kasih, untuk tetap berlutut pada Yesus pada setiap hal yang tidak mampu kamu kerjakan sendiri.
Semua ini akan berlalu, nyed.
Selamat datang di GDC. Tempat belajar dan bekerja yang sesungguhnya. Tidak akan mudah. Tidak akan segampang dan jangan juga meremehkan.
Hey, nyed....
Sejauh yang saya tau,
Kamu adalah manusia paling keras kepala yang bisa beradaptasi dalam setiap keadaan.
Boleh pesan sesuatu?
Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.
Emosi harus dirasakan dan dinikmati, non. Jangan paksa dirimu untuk berdiri paling terakhir. Walaupun saya tau, kamu sulit dinasehatin bila itu tentang tanggungjawabmu. Kamu pantang dikasihani. Saya tau.
Tapi jangan lupa, kamu itu manusia. Tidak semua hal harus kamu handle sendiri. Meminta tolong orang lain bukan sebuah dosa.
Keras pada dirimu dalam beberapa hal yang prinsipil adalah sebuah keharusan. Namun, memaksamu terlalu kuat untuk sendirian, itu sebuah kejahatan untukmu.
Aku paham, kamu lebih mengenal dirimu. Aku tau itu. Namun, manusia butuh ruang sendiri untuk jiwanya dan lelahnya. Ruang tempatnya mengeluh dan menjadi lemah. Ruang sepi? Katakanlah begitu.
Ruang dimana kamu, menjadi dirimu tanpa kecuali. Tanpa tapi. Tanpa dinilai. Bebas. Tanpa takut.
Sesekali, sekali saja, kamu harus keluar untuk menemukan ruang itu.
Papa, mei-nya saya kali ini, terlewati dengan begitu baik. Sangat baik, walaupun masih saja berusaha tidak menangisi 17 Mei itu.
Mereka bilang Mei terasa begitu panjang. Biarkan saja.
Mei adalah bulan yang ingin ku nikmati sekaligus ingin ku hilangkan.
Tapi Mei ku, kali ini, tidak pernah sebaik ini. Selama 6 tahun kepergian papa.
Anak perempuannya, baik-baik aja kok, Nok.
Kangen, pa. Tapi ini jauh lebih waras.
Juni.
Saya tidak mengharapkan hal-hal yang terlalu muluk.
Saya hanya ingin menjalani hari2 didalammu, dengan penuh ungkapan syukur.
Apapun yang terjadi, Yesus akan memeluk saya dengan caraNYA. Selalu.
Rasanya saya terlalu banyak meminta pada Yesus. Bangun dalam keadaan sehat, tanpa kekurangan sesuatu apapun, adalah berkat yang harus saya syukuri, namun terlalu sering saya lewatkan.
Makasih ya, Yesus 🙏🍺
Komentar
Posting Komentar