Langsung ke konten utama

hidup (tidak selalu) baik-baik saja

Hidup (*tidak selalu) baik-baik saja.

"Ya lo enak nyed, gaji lo ngalir terus. Lo baik2 aja hidupnya."

Semua yang kamu lihat baik2 saja,
Bukan berarti mereka baik2 saja,
Terlihat baik2 saja,
Adalah pilihan dalam menjalani kehidupan yang tidak selalu baik-baik saja. 

Nih, saya ceritain kehidupan saya yang tidak selalu baik2 saja.

Bagi sebagian orang yang mengenal kami, hidup kami, selalu terlihat nyaman, aman, damai, dan yah...baik-baik saja.

Rasanya, siapapun yang melihat, akan berucap, "lo enak, bla.....bla.....bla....."

Hidup saya, tidak selalu baik2 saja. At least, saya pernah terpukul, marah, kecewa, takut, gamang, susah. Pernah. 

Ketika papa meninggal, semua terkejut. Karna pada hari minggunya beliau masih melayani IHM di GPIB PNIEL PASAR BARU. Tidak pernah ada yang tau, bahwa 1 tahun belakangan kondisi beliau jauh menurun. Kenapa? Karena semua terlihat baik2 saja. Dan, karena papa mengajarkan kami, untuk tidak membagikan cerita pilu hanya untuk mendapat simpati orang lain. Sehingga kesan yang terlihat selalu baik2 saja.

Ketika, eset selesai dari kecelakaan 5 tahun lalu, kami harus beusaha keras melawan afasia sensorik yang dia derita. Saya harus mengajarkan dia kembali tentang mengenal huruf, menulis, hingga akhirnya dia mengingat dan mampu untuk belajar sendiri. Namun, sampai hari ini, saya masih menentir eset, agar fungsi kognitifnya terutama untuk mengingatnya,  berkembang dengan baik. Kami, tidak selalu baik2 saja. Hanya saja, kami tidak perlu membagikannya untuk orang lain. Yang semua tau, eset pulih, eset sehat, eset sudah kuliah kembali. Tapi proses panjang tentang "kuliah kembali" adalah perjalanan berliku yang kami tempuh, hingga sekarang dia berada di semester akhir Teknik Mesin. 

Ketika papa kecelakaan di tol, mobilnya ringsek karena masuk di bawah kontainer, ada yang tau? Tidak. Hanya sebagian dari phmj papa dan kita, keluarganya. Seharusnya, kalo di lihat dari hancurnya mobil itu, seharusnya papa sudah meninggal saat itu. Tapi, Tuhan melewatkan panggilannya untuk papa. Papa? Baik2 saja. Kami? Tidak selalu baik2 saja. Bahkan papa masih  bisa bangun, sadar, naik taksi pulang. Kenapa ngga kasih tau orang2 dan posting di medsos? Tidak, tidak perlu. Kami bukan orang yang senang di perhatikan, (*kecuali ketika eset kecelakaan dan papa posting itu di FBnya. Saya? Oh ngga. Saya ngga suka hal2 itu.)

Amor kehilangan motornya. Sebulan sebelum kami pindah ke Jakarta. Kami marah. Sedih. Jengkel. Tapi, toh...hidup memang harus di jalani. Kami tetap terlihat baik2 saja. Walaupun, kehilangan itu adalah hal yang besar. 

Masih  banyak hal yang kalo saya jabarkan, kalian akan tau, bahwa hidup saya tidak selalu baik2 saja.

Mungkin cara saya menghadapi masalah tidak sehiperbol sebagian orang yang kamu kenal. Tidak juga se-aktif sebagian orang yabg akan mempostingnya di sebagian medsosnya. 

Saya hanya memposting, hal2 yang menurut saya boleh di ketahui banyak orang, tapi tidak semua hal. Saya hanya mengijinkan kamu tau, apa yang saya inginkan kamu untuk tau.

Terlihat baik2 saja. Tidak berarti hidup saya, tanpa masalah. Semua ingin saya selalu tercapai.

Hidup tidak pernah semulus jalan tol.

Pada setiap ceritanya, selalu ada masalah yang menemani.

Ketika mendengar orang lain, berpendapat bahwa hidup saya selalu baik2 saja, rasanya menggelikan.

Kenapa? Ya karena saya bukan Tuhan, yang bebas masalah. Bahkan orang terkaya sejagat rayapun, pasti ada masalah. Hidup tidak selalu baik2 saja. 

Caramu, memaknai setiap keadaan adalah titik penting, bagaimana mereka melihatmu. 

Apakah kamu hiperbol, hiperaktif, maniak, depresi dalam setiap masalah yang datang? Semua tergantung dari caramu.

Hidup tidak selalu baik2 saja.

Dan kita, tidak pernah punya alasan untuk marah pada Tuhan, karenanya. 

Satu hal yang saya pelajari dengan mahal,
Apapun yang menimpamu,
Belajarlah mengucap syukur dalam segala hal.

Benyada Remals "dyzcabz"



Hidup tidak selalu baik-baik saja, 
Namun setidak baik apapun ceritanya,
Harus tetap dihadapi dengan sikap yang baik. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...