Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

#belumselesai

"Rasanya kita bakalan kalah" ucapku dengan gamang, aku selalu pesimis. "Non, kita ngga bakalan kalah. Kita akan baik2 aja" ucapmu lantang Kamu menatapku. Tersenyum canggung seperti biasa. Menegakkan bahuku seraya berkata ....aku ngga bakalan bikin kita kalah. Dan aku terdiam. Di depanmu. Aku selalu menjadi lemah. Dalam setiap kuat yang aku punya, aku mengijinkan diri ku lemah untukmu. Selelah apapun aku, aku tidak akan mengeluhkannya untuk siapapun. Namun, saat kamu ada, entah kenapa aku merasa "manja". Seperti kesulitan yang kuhadapi kali ini, oh tidak... Kita hadapi kali ini. Mendengarmu berbicara seperti itu, seperti sihir yang mencabut seluruh takutku. Seperti ombak yang menyapu habis semua kegalauanku. Karna aku memiliikimu disisi. Rasanya, tidak ada yang kutakuti. Aku bisa menguatkan diri ku menghaadapi semua soalan. Aku bisa tertawa hingga menutupi sedih dan hancurnya aku dihadapan semua orang. Namun, didepan mu. Mendengar suaramu. Menata...

Persiapan Pernikahan

Cerita tentang persiapan pernikahan... Sepupu saya, Nita, akan menikah tanggal 4 Desember ini. Kami mengawali desember dengan berita bahagia dan acara yang membahagiakan.  Mama berangkat pulang ke Sorong. Lama sekali rasanya, tidak melihat mama begitu excited untuk pulang ke rumahnya. Yang mengantar tentu aja amor dan eset, monet2 kecil. Mama berangkat tanggal 29 subuh, lebih tepatnya 28 tengah malam.  Hari sabtu, tgl 27 november, Nita wa saya, dan lalu, melampirkan hasil labnya dan bertanya "kira2 dia sakit apa" Nope, everything's fine. Saya membalas "semua persiapan lancar toh?" Dan lalu, dia bercerita tentang sepatu heelsnya. Seperti apa yang dia mau dan seperti apa yang sudah dibeli ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi nya. Lalu, dia bilang mama juga sudah beli, hanya saja tidak sesuai dengan apa yang dia mau. Sampai disini, saya mengerti. Sebagai, manusia yang "pemilih dalam segala hal", saya memahami bahwa moment bersejarah sekali dalam seumur...

Memaklumi

Mental illness. Untuk sebagian orang, terlihat begitu sepele. "Yaelah, makanya kuat dong", "ah lebai lo", atau pernyataan sejenis yang kita lontarkan. Sayangnya, kita tidak pernah tau sesiap apa, kondisi dari lawan bicara kita. Atau kepada siapapun perkataan itu kita katakan. Terdengar seperti jokes. Berbunyi seperti candaan. Tapi tidak semua orang, "siap mendengarnya". Mental illness. Hanya saja, pada satu titik tertentu, kamu harus paham, untuk menolong dirimu, kamu butuh "kamu". Bukan hanya bantuan dan "pengertian" orang lain. Kamu harus belajar mengerti dirimu. Mengenal dirimu. Hingga akhirnya, menerima keberadaanmu. Pembicaraan panjang, dengan moodbooster terbaik saya, Well, menjadi sembuh dan sebiasa pada umumnya, butuh perjuangan extra.  Kalaupun, sakitmu tidak bisa kamu atasin dengan baik, minimal kamu kontrol dengan benar. Rasa sakitmu, bukan alasan agar dimengerti oleh banyak orang.  Sebab, orang mau mengerti, sebatas sabar me...

its not sin

jatuh cinta, bukan sebuah dosa kan? Mengagumimu dalam diam, bukan sebuah kesalahan kan? Sebatas itu saja. Aku janji.  Aku tidak akan berusaha menjadi lebih dekat, tidak juga berusaha menjadi teman, cukup menikmatimu dalam jarak yang aku cipta. Jatuh cinta, bukan sebuah kriminal kan? Sehingga aku harus merasa bersalah setiap kali, aku "ingin" melihatmu. Hanya melihat, aku janji, tidak akan berusaha memilikimu.  Tidak dalam khayalku, maupun bila akhirnya semesta mempertemukan kita. Jatuh cinta, rasanya sebuah hal normal.  Aku menyukaimu. Namun, kenapa terasa salah? Kenapa logikaku menyentakku, bahwa ini sebuah kesalahan yang aku mainkan. Ini salah. Ini harus selesai. Apa kamu begitu terganggu? Apa aku begitu jelas? Apa aku, tidak bisa hanya sekedar melihatmu? Jatuh cinta ini, terasa salah untukku. Sebanyak apapun aku meyakinkan diriku, tentangmu. Hatiku tidak membenarkan ini. Logikaku membentakku. Membenturkan ku pada segala ketidakmungkinan dan kegilaan yang ku ciptakan....

Pagi ini, papa.

Pagi ini, 12 November . . . Saya lagi off jaga . Saya terbangun dan kangen papa . Ada banyak hari seperti ini yang saya lewati dalam 3 tahun terakhir, tanpa papa. Saya tidak sehiteris biasanya , beneran ngga . Saya membuka galeri, dan menemukan foto2 beliau. God, im missing him so bad. . . Ada hari, dimana saya ingin kembali ke masa itu. Off jaga . Bangun pagi, menemukan papa dan mama sedang sarapan di meja makan. Morning kiss dari papa, lalu coklat hangat dari mama. Duduk bertiga dan ngobrol sampe capek . Lalu, mama ke kantor. Saya? Jadi supirnya papa ke kantor. Mengantar beliau, menemani, hingga akhirnya nge-mall berdua . Ngeliat anggrek atau bunga yang papa mau. Good old days. . . Good old memories. Seandainya saya masih memiliki waktu, Saya ingin papa ada masih disini. Menemukannya sedang sarapan saat saya bangun pagi. Mendengar omelannya tentang " kemalasan saya untuk makan" dan banyak lagi. Papa, gimana kabarnya? I miss you,...