Tentang Noke #63
Amor : "ini di dalam rumah ini, anaknya papa cuman perempuan ini aja loh."
Mama : kenapa sih?
Amor : mama, bajunya papa semuanya di lemarinya kaka, ma. Lalu saya dan eset ngga boleh pake.
Saya keluar kamar. "Itu baju bapak saya juga. Saya ngga boleh pake? Hm?"
Amor : boleh kak. Cuman ngga semua juga ko ambil.
Saya : kalo kalian ngga mau pake, ya sa pake lah. Daripada baju itu jadi belel di dalam lemari.
Amor : saya pake kaka.
Saya : udah ngga usah, semua baju kaos papa buat saya. Titik.
Amor : gila, di dalam rumah ini udah mati demokrasinya.
Saya tertawa.
Amor : kenapa ko bisa tertawa ya, setelah menyakiti orang.
Saya : saya berbahagia diatas penderitaan orang lain. Yup, its me, boon.
Amor : maaaaaaaaaa, liaaaat kakaaaaaaa....
Bila yang punya baju masih ada, beliau akan memeluk saya dan berkata "semua punya bapaknya selalu dia mau"
Karna di dalam rumah ini, EGO saya selalu menjadi excuse no.1, dan pendapat saya selalu menjadi pertimbangan utama.
Bila papa ada, pendapat saya adalah perintah.
Hei, oldman...
I miss you a lot.
My birthday going so well, nok.
Saya sudah belajar membagi harinya saya dengan orang lain, pa.
Orang-orang yang saya inginkan untuk ada disini.
Tapi, 6 december kali ini, tidak akan sama dengan 2 tahun lalu,
Dimana papa ada.
Selamanya akan selalu ada ruang kosong yang begitu sulit saya tutupi.
Karna yang saya inginkan sudah pergi.
_______________________________________________
Calm down, pa...
Saya sudah benar-benar tidak merepotkan siapapun untuk semua keperluan saya.
Cengeng? Masih, pa.
Sakit gigi saya masih bisa di tahan. Sudah check up, pa. But, you know it better, dad.
Merengek minta beliin ini itu? Ngga lagi, pa. Marah-marah tanpa sebab, jengkel tanpa juntrungan? Udah ngga, pa.
Karena saya tau, papanya saya sudah ngga ada.
Orang yang selalu memenangkan saya, menurunkan egonya hingga jatuh ke lantai, sudah tidak ada.
Tidak ada lagi, yang akan memaklumi "manjanya" saya. Tidak ada.
Pulang jaga. Makanan belum siap. Laper. Trus emosi, ngambek, biasanya bilang ke papa, lalu kita berdua ke McD. Atau cari makan aja. Lalu papa lanjut ke kantor dan saya pulang tidur.
Sekarang? Saya jauh lebih memahami semua keadaan yang terjadi, pa.
Dulu, ada sepatu yang saya mau banget, minta mama/papa temani untuk beli. Kalo mama, pasti pake uang saya lah ya, kalo papa, langsung nyodorin ATMnya.
Sekarang? Saya jauh lebih hemat, pa. Saya masih belanja ini itu, seperti yang papa tau, tapi kadang saya berpikir jauh untuk "sekedar membelinya".
Your little girls, has been grown up, Nok.
Sejauh ini, saya selalu menjadi "yang dipertuan-agungkan", saya selalu menikmati segala kemewahan yang papa berikan.
Segala kasih sayang dan pengertian yang papa berikan.
Tidak ada yang bisa menandingi, anak perempuannya. Membuat saya, begitu besar kepala. Karena semua hal, mengikuti "maunya kaka aja".
Lalu, suatu hari,
Semesta menampar saya, mengambil miliknya yang dipinjamkan pada saya.
Dan, saya? Harus belajar menyampingkan ego saya, belajar menundukkan kepala saya, bahkan mempelajari kembali caranya "merendahkan ego" saya.
Ego bahwa "ada papa, nyed. Tenang aja."
Seriously, thats hard nok. I swear.
Menjadi kesayangan papa adalah sebuah kebanggaan sekaligus masalah terbesar saya.
Saya belajar tidak "meledakkan marah saya" pada orang lain. Saya belajar meminta tolong dengan susah payah. Saya belajar berterima kasih dengan tulus, bukan hanya sebagai sebuah keharusan, pa.
pa, papa harus tau,
Menundukkan kepala adalah ego terbesar saya. Sekaligus masalah teralot saya. Saya yang selalu merasa, saya tidak butuh orang lain. Saya yang selalu merasa, saya bisa sendiri.
Hmmpppphhhh....
Dan tidak mengeluh tentang segala hal, adalah hal lain yang saya pelajari dengan benar.
Tidak mengagung-agungkan papa. Tidak lagi, membandingkan saat papa ada dengan hari ini. Tidak lagi, menyesali segala keputusan yang saya buat hari itu.
Saya, belajar banyak, dalam kehilangan papa.
Saya menemukan bagian diri saya yang lain, walau sebagian lagi masih hilang bersama luka tentang papa.
Saya berhasil melewati hari-hari berat, pa. Dan saya tau, karena papa mengajarkan saya untuk tidak pernah menyerah. Karna papa tidak pernah mengenal kata gagal.
Kehilangan papa,
Adalah kebangsatan yang harus syukuri.
Bila Yesus, tidak mengambil papa,
Saya tidak akan bertumbuh menjadi manusia dewasa yang mandiri.
Saya selamanya akan tinggal dalam "kebesaran" papa. Kemudahan yang papa beri. Kemewahan yang papa sediakan. Dan setiap reward yang papa siapkan.
But, i miss you, dad.
Pada setiap saat di mana saya rasa begitu berat untuk di jalani. Dimana saya rasa, kalo papa ada tinggal telpon aja. Kalo papa ada, tinggal lapor dan semua selesai.
Betapa menyebalkannya saya ya, pa?
Hahahhaahhaahhahaahhaahahhahaaaa
saya ingat pembicaraan papa dengan salah satu teman pendetanya,
"Yedija itu keras kepala ya, Bung No selalu manjain sih ya?"
Papa ketawa. "KArna saya hanya punya dia. Dia tau betul, papanya tunduk dibawah dia."
Dia tau, papanya tunduk di bawah dia.
Iyalah, siapa sih yang percepat rapat phmjnya karena anak perempuannya "dismenorhea", hellooooowwwwww yedijah, semua perempuan juga gitu. My dad had done that for me.
Atau bersedia, suruh pimpinannya pending meetingnya dulu, karna nemenin anak perempuan belanja buat kebutuhannya di Papua. Dan umur saya saat itu 22. Im not a child. But my dad had done that for me.
Karna saya se-menjengkelkan itu, makanya papa di panggil pulang.
Kalian tidak akan percaya kan, dengan cerita saya, karena beliau yang kalian liat, jauh dari pribadi yang hangat ya?
Beliau yang kalian tau, hanyalah seorang pribadi yang kasar, jahat, mulutnya tajam ya?
Namun, untuk saya, beliau adalah bagian terbaik dan terhebat yang Yesus pinjamkan selama saya hidup.
Terima kasih sudah menjadi milik saya, menjadi papa terhebat bagi saya,
Seumur hidup saya.
Bilapun, Yesus mengijinkan hidup diulangi kembali,
Saya tetap menginginkan Noke menjadi bagian hidup saya.
Benyada Remals "dyzcabz"
Pa, papa ngga lupa saya ulang tahun kan?
Papa belum ucapin loh.
Biasanya, papa menelpon, lalu smsnya masuk "papa udah transfer hadiahnya"
Beliau melakukan itu, bahkan ketika saya, memiliki penghasilan yang sama besarnya dengan beliau.
"Satu hal yang papa syukuri, karna Yesus kasih Nona sebagai anak sulung papa. Nona jadi pengganti papa dan pemimpin untuk adik-adik. Papa tau, nona tidak akan mengecewakan papa."
4 tahun lalu, 7 hari setelah ulang tahun pernikahan dan kita makan di salah satu restoran di bilangan jaksel.
Amor : "ini di dalam rumah ini, anaknya papa cuman perempuan ini aja loh."
Mama : kenapa sih?
Amor : mama, bajunya papa semuanya di lemarinya kaka, ma. Lalu saya dan eset ngga boleh pake.
Saya keluar kamar. "Itu baju bapak saya juga. Saya ngga boleh pake? Hm?"
Amor : boleh kak. Cuman ngga semua juga ko ambil.
Saya : kalo kalian ngga mau pake, ya sa pake lah. Daripada baju itu jadi belel di dalam lemari.
Amor : saya pake kaka.
Saya : udah ngga usah, semua baju kaos papa buat saya. Titik.
Amor : gila, di dalam rumah ini udah mati demokrasinya.
Saya tertawa.
Amor : kenapa ko bisa tertawa ya, setelah menyakiti orang.
Saya : saya berbahagia diatas penderitaan orang lain. Yup, its me, boon.
Amor : maaaaaaaaaa, liaaaat kakaaaaaaa....
Bila yang punya baju masih ada, beliau akan memeluk saya dan berkata "semua punya bapaknya selalu dia mau"
Karna di dalam rumah ini, EGO saya selalu menjadi excuse no.1, dan pendapat saya selalu menjadi pertimbangan utama.
Bila papa ada, pendapat saya adalah perintah.
Hei, oldman...
I miss you a lot.
My birthday going so well, nok.
Saya sudah belajar membagi harinya saya dengan orang lain, pa.
Orang-orang yang saya inginkan untuk ada disini.
Tapi, 6 december kali ini, tidak akan sama dengan 2 tahun lalu,
Dimana papa ada.
Selamanya akan selalu ada ruang kosong yang begitu sulit saya tutupi.
Karna yang saya inginkan sudah pergi.
_______________________________________________
Calm down, pa...
Saya sudah benar-benar tidak merepotkan siapapun untuk semua keperluan saya.
Cengeng? Masih, pa.
Sakit gigi saya masih bisa di tahan. Sudah check up, pa. But, you know it better, dad.
Merengek minta beliin ini itu? Ngga lagi, pa. Marah-marah tanpa sebab, jengkel tanpa juntrungan? Udah ngga, pa.
Karena saya tau, papanya saya sudah ngga ada.
Orang yang selalu memenangkan saya, menurunkan egonya hingga jatuh ke lantai, sudah tidak ada.
Tidak ada lagi, yang akan memaklumi "manjanya" saya. Tidak ada.
Pulang jaga. Makanan belum siap. Laper. Trus emosi, ngambek, biasanya bilang ke papa, lalu kita berdua ke McD. Atau cari makan aja. Lalu papa lanjut ke kantor dan saya pulang tidur.
Sekarang? Saya jauh lebih memahami semua keadaan yang terjadi, pa.
Dulu, ada sepatu yang saya mau banget, minta mama/papa temani untuk beli. Kalo mama, pasti pake uang saya lah ya, kalo papa, langsung nyodorin ATMnya.
Sekarang? Saya jauh lebih hemat, pa. Saya masih belanja ini itu, seperti yang papa tau, tapi kadang saya berpikir jauh untuk "sekedar membelinya".
Your little girls, has been grown up, Nok.
Sejauh ini, saya selalu menjadi "yang dipertuan-agungkan", saya selalu menikmati segala kemewahan yang papa berikan.
Segala kasih sayang dan pengertian yang papa berikan.
Tidak ada yang bisa menandingi, anak perempuannya. Membuat saya, begitu besar kepala. Karena semua hal, mengikuti "maunya kaka aja".
Lalu, suatu hari,
Semesta menampar saya, mengambil miliknya yang dipinjamkan pada saya.
Dan, saya? Harus belajar menyampingkan ego saya, belajar menundukkan kepala saya, bahkan mempelajari kembali caranya "merendahkan ego" saya.
Ego bahwa "ada papa, nyed. Tenang aja."
Seriously, thats hard nok. I swear.
Menjadi kesayangan papa adalah sebuah kebanggaan sekaligus masalah terbesar saya.
Saya belajar tidak "meledakkan marah saya" pada orang lain. Saya belajar meminta tolong dengan susah payah. Saya belajar berterima kasih dengan tulus, bukan hanya sebagai sebuah keharusan, pa.
pa, papa harus tau,
Menundukkan kepala adalah ego terbesar saya. Sekaligus masalah teralot saya. Saya yang selalu merasa, saya tidak butuh orang lain. Saya yang selalu merasa, saya bisa sendiri.
Hmmpppphhhh....
Dan tidak mengeluh tentang segala hal, adalah hal lain yang saya pelajari dengan benar.
Tidak mengagung-agungkan papa. Tidak lagi, membandingkan saat papa ada dengan hari ini. Tidak lagi, menyesali segala keputusan yang saya buat hari itu.
Saya, belajar banyak, dalam kehilangan papa.
Saya menemukan bagian diri saya yang lain, walau sebagian lagi masih hilang bersama luka tentang papa.
Saya berhasil melewati hari-hari berat, pa. Dan saya tau, karena papa mengajarkan saya untuk tidak pernah menyerah. Karna papa tidak pernah mengenal kata gagal.
Kehilangan papa,
Adalah kebangsatan yang harus syukuri.
Bila Yesus, tidak mengambil papa,
Saya tidak akan bertumbuh menjadi manusia dewasa yang mandiri.
Saya selamanya akan tinggal dalam "kebesaran" papa. Kemudahan yang papa beri. Kemewahan yang papa sediakan. Dan setiap reward yang papa siapkan.
But, i miss you, dad.
Pada setiap saat di mana saya rasa begitu berat untuk di jalani. Dimana saya rasa, kalo papa ada tinggal telpon aja. Kalo papa ada, tinggal lapor dan semua selesai.
Betapa menyebalkannya saya ya, pa?
Hahahhaahhaahhahaahhaahahhahaaaa
saya ingat pembicaraan papa dengan salah satu teman pendetanya,
"Yedija itu keras kepala ya, Bung No selalu manjain sih ya?"
Papa ketawa. "KArna saya hanya punya dia. Dia tau betul, papanya tunduk dibawah dia."
Dia tau, papanya tunduk di bawah dia.
Iyalah, siapa sih yang percepat rapat phmjnya karena anak perempuannya "dismenorhea", hellooooowwwwww yedijah, semua perempuan juga gitu. My dad had done that for me.
Atau bersedia, suruh pimpinannya pending meetingnya dulu, karna nemenin anak perempuan belanja buat kebutuhannya di Papua. Dan umur saya saat itu 22. Im not a child. But my dad had done that for me.
Karna saya se-menjengkelkan itu, makanya papa di panggil pulang.
Kalian tidak akan percaya kan, dengan cerita saya, karena beliau yang kalian liat, jauh dari pribadi yang hangat ya?
Beliau yang kalian tau, hanyalah seorang pribadi yang kasar, jahat, mulutnya tajam ya?
Namun, untuk saya, beliau adalah bagian terbaik dan terhebat yang Yesus pinjamkan selama saya hidup.
Terima kasih sudah menjadi milik saya, menjadi papa terhebat bagi saya,
Seumur hidup saya.
Bilapun, Yesus mengijinkan hidup diulangi kembali,
Saya tetap menginginkan Noke menjadi bagian hidup saya.
Benyada Remals "dyzcabz"
Pa, papa ngga lupa saya ulang tahun kan?
Papa belum ucapin loh.
Biasanya, papa menelpon, lalu smsnya masuk "papa udah transfer hadiahnya"
Beliau melakukan itu, bahkan ketika saya, memiliki penghasilan yang sama besarnya dengan beliau.
"Satu hal yang papa syukuri, karna Yesus kasih Nona sebagai anak sulung papa. Nona jadi pengganti papa dan pemimpin untuk adik-adik. Papa tau, nona tidak akan mengecewakan papa."
4 tahun lalu, 7 hari setelah ulang tahun pernikahan dan kita makan di salah satu restoran di bilangan jaksel.
Semoga semua hal yang saya lakukan dan sedang usahakan, bisa membuat papa bangga.
Komentar
Posting Komentar