Ini tentang saya,
Yang tidak menyambut november dengan baik.
Bahkan enggan meninggalkan oktober.
Ini dari saya,
Yang menatap november dengan setengah hati.
Bahkan meminta oktober untuk sejenak lebih lama.
Ini masih tentang saya,
Yang tidak tau caranya mundur pada oktober,
Dan tidak mau melangkah menginjak november.
Ini racauan gila saya,
Dalam kegalauan saya, bahwa november akan melabuhkan saya pada ambon.
Waktu dimana abunya papa harus di larungkan.
Hati saya enggan berpisah, walau hanya dalam bentuk sebuah debu.
Ia adalah tetap, dia yang selamanya saya inginkan tinggal.
Namun yang pergi sudah selesai ceritanya. Kenangannya yang membuatnya abadi untuk selalu dirindukan.
Ini dari saya, anak perempuan kesayangannya...
Yang setiap kali memasuki pintu rumah, pasti menoleh pada guci itu. Seolah ia tau, ada yang harus disapa disudut sana. Ada yang menunggunya pulang ke rumah. Walau terasnya tidak lagi bercerita tentang dia.
Ini untuk saya, Bennu Bekhorah Jedijah.
Dalam setiap kehidupan, kematian adalah kepastian. Kematian tidak bisa ditunda sehebat apapun kamu mengiba. Dia, Sang Pemilik Hidup, keputusannya adalah kekal. Bagaimana mungkin kamu mempertaruhkan hidupmu hanya untuk menangisi ketiadaannya?
Hidupilah hidup karena itulah satu-satunya cara bertahan hidup, dengan menghidupkan bagian yang hampir redup, agar hidup tetap layak untuk dihidupi.
Dan ini untuk Noke,
Setiap kali saya mengingat papa,
Rasanya seperti baru kemarin.
Saya terpukul karena menemukan tubuh kaku papa. Menghentikan usaha penyelamatan yang di lakukan.
Yesus tidak mungkin mengembalikan, apa yang DIA ambil.
Rasanya baru kemarin, saya menangis dan berteriak pilu dalam kediaman saya, mencoba berkuat dengan semua yang saya bisa, agar semua bisa saya pikul.
Rasanya baru kemarin, saya duduk minum teh sore bersama papa, lalu besoknya papa pergi.
Rasa-rasanya, semua tentang papa, tidak pernah bisa dihilangkan dengan mudah.
Bahkan cerita papa selalu hidup dalam setiap gerak kami, "kalo papa....", "Coba ada papa", "ingat ngga gimana papa...", "Hmmm...dia belom aja ketemu papa", "papa tuh selalu..."
Kami seolah enggan melepaskan kata itu dari "bahasa" kami. Kami selalu menempelkan kata itu dalam setiap cerita kami.
Papa tidak pernah menyangka kan? Bahwa kepergian papa membawa duka yang tidak pernah selesai. Duka mungkin memudar, mendung pun beranjak perlahan, namun "rasa" yang sama akan selamanya tinggal sebagai sebuah ruang hampa yang tidak bisa di pugar kembali.
Seperti saya, seperti kemarin, seperti waktu itu,
Sampai hari ini,
Saya masih mengumpulkan keberanian menghadapi saya.
Ini untuk sebagian saya,
Bila kamu rasa, pikirmu sudah jernih.
Hatimu kuat untuk menghadapi dan menghidupi, juga menghidupkan kembali.
Pulanglah padaku,
Karna aku menunggumu,
Kamu yang aku kenal,
Aku akan sabar menunggu,
Sebab luka butuh waktu,
Dan maaf butuh keikhlasan untuk legowo,
Bahwa ini bukan salahmu, ini juga bukan egoku, bukan keterlambatanmu, bukan juga ketidak-tahuanmu,
Ini sudah waktunya. Sudah jalannya. Kembali pada Sang Pencipta,
Adalah kerinduan dari beliau yang sama-sama kita cintai.
Aku tidak tahu, bagaimana cara
memulangkanmu.
Aku akan ada disini, saat kamu pulang.
Memelukmu kembali, lalu berterima kasih untuk keberanianmu menghadapiku.
Jangan pergi terlalu lama. Jangan jalan terlalu jauh.
Karna dalam perjalanan ini, aku butuh kamu untuk memaknai hidup.
Hidup tapi kosong, bernyawa tapi tidak berjiwa, bergerak tanpa makna.
Bukankah hidupku terlalu menyedihkan?
Sebab yang telah pergi, membawamu bersamanya.
Dan, aku?
Menciptakan sisi lainku, untuk menunggumu kembali.
Dan aku?
Menguatkanku, agar hidup selalu harus aku hidupi.
Dan aku?
Menangis dalam diamku. Tertawa sumbang dalam cerita paling konyol yang tidak pantas aku tertawakan.
Dan aku?
Hanya mencoba hidup dengan benar, sebelum kamu memulangkan aku padaku.
Dan aku?
Hanya bersujud pada semesta, agar semesta mampu membujukmu kembali.
Dan aku?
Janji, sesakit apapun kenyataan yang harus kamu hadapi, aku tidak akan membiarkan kita kalah.
Hidup cuman sekali, yed.
Karna itu jalanilah dengan benar.
Benyada Remals "dyzcabz"
Bila membaca ini membuatmu bingung.
Tenggelamlah dalam sakitku, biar kamu mengerti mengapa kehilangan bisa memilukanku.
Hingga aku menciptakan "dunia lain" dimana aku adalah aku yang kamu lihat, tapi mungkin jauh dari yang kamu kenal.
Tentang Noke, adalah aku yang hilang. Aku yang harus kukembalikan.
Tahukah kamu, bahwa menyembuhkan jiwa yang sakit itu sulit? Kamu seperti meraba apa yang tidak mampu kamu rasai, namun sakitnya bisa meledakkan jantungmu.
Psikosomatis.
Bila sakitmu, tidak mampu kamu hadapi, tubuhmu akan menghadapinya.
Sakit yang tidak mampu kamu selesaikan, akan menjadi cerita yang lain pada setiap inci tubuhmu.
Karena itu, kamu harus menyelesaikan "kesakitanmu" dahulu, agar tubuhmu mampu bertahan melewati waktu.
Hati yang gembira adalah obat.
Semoga kamu paham apa yang aku bicarakan. Lalu kamu tidak melakukan seperti apa yang aku tuliskan.
Komentar
Posting Komentar