Langsung ke konten utama

#6


"Kamu harus berangkat lagi?"
"Ada pasien gawat di IGD. Harus aku liat,claf"
"Kamu baru pulang 2 jam yang lalu"
"But, im the actor,dude"
"....."

Percakapan yang diakhiri dengan sedikit perdebatan. Selalu. Konstan. Kontinue.
Mungkin. Harol lupa, ketika dia menikah denganku. Aku adalah dokter. Dokter yang memiliki tanggung jawab utuh dan penuh atas nyawa manusia. Manusia itu bisa saja, ayah dari seseorang, atau ibu, atau anak, atau adiknya, atau entahlah...intinya bagian dari keluarga seseorang.

Happy Aniversary to US.

3 tahun bersama. Ada masa up n down. Ada masa dimana, aku mempertanyakan kita. Ada juga masa dimana saya mencintainya, merindukannya bahkan menggilainya. Ada masa dimana, hanya diam yang menemani ego serta amarah kita. Perdebatan yang alot, namun tidak pernah membuat kita berhenti dan menyerah untuk kita.

Menikah tidak pernah segampang itu. Namun, untukku tidak pernah semenyenangkan ini.

Perdebatan yang awalnya kecil, masih bisa aku abaikan dan redamkan. Hingga teriakkan amarahmu, masih mampu kutahankan. Aku mencintaimu,claf. Apapun yang nanti kita lewati. Setidaknya itu menguatkanku, ditahun ke 8, disaat aku belum bisa memberimu keturunan. Hal yang dulu tidak pernah kita permasalahkan, namun tahun2 belakangan ini, terlihat jelas dimatamu.

"Claf, aku pulang duluan ya?"
"Pasien gawat lagi?"
Aku hanya menatapmu. Aku tau, dari nadamu dan caramu bertanya. Terdengar seperti sebuah sindiran, atau hormonku sedang sensitif? Mood swing?
"Acara anivnya papa sama mamaku belom mulai, tal. Dan kamu harus pergi? Memangnya dokter dirumah sakit besar itu cuman kamu?"
Aku mulai tersinggung. Tolong jangan lanjutin claf. Jangan.
"Mereka 50 tahun! Dan kamu bahkan tidak bisa menunggu sampai acara tiup lilin? Kamu dokter, bukan Tuhan. Belum tentu juga kamu datang dan pasien itu selamatkan?" Sindirmu
"Aku pergi ya"

Dan aku menarik diri dari segala hal yang mungkin membuatku mendengar sindiranmu. Aku membuat jarak ini, agar melindungiku dari luka. Aku mencintaimu, namun pekerjaanku sebagai dokter adalah sebuah pengabdian. Seumur hidup. Hal yang sudah melekat sedari awal, bahkan sebelum kamu ada denganku. Bisakah kamu memahaminya? Bukan tentang seberapa hebatnya aku. Sekeren apa aku. Bukan karena materi, aku melakukannya. Aku mencintai hal ini dari dulu. Aku melakukannya karena panggilan ini, adalah caraku mensyukuri hidup. Bisakah kamu mengerti?

Tahun ke 10.

Komunikasi kita benar-benar parah,claf. Kita hidup serumah, namun beda dunia. Kamu hidup dengan dunia yang kamu bentuk tanpa aku. Kamu sangat menikmatinya,claf. Kamu bahkan lupa, masih ada aku disini. Untuk menemanimu. Disaat aku dirumah, kamu bahkan mengacuhkanku. Menyindirku. Mengabaikanku. Kamu keluar tanpa pamit. Benarkah didunia barumu, namaku sudah tidak ada?

Perubahanmu, menampar percaya diriku.  Aku selalu merasa kurang, karna aku belum bisa memberikanmu anak. Hubungan kita, lebih seperti simbiosis mutualisme, kamu hanya butuh aku untuk meminta hakmu dan aku menjalabkan kewajibanku. Cinta? Entahlah, rasanya tawar...

Seperti malam itu, saat kita selesai berhubungan. Kamu segera beranjak. Dan aku? Membisu ditempat.

"Claf, kita baik2 ajakan?"
"Mungkin. Selama kita masih ML mgkin kita baik2 aja, karna hanya itu yang bisa membuat aku merasa, kamu milikku, seutuhnya"
"Aku memang milikmukan?"
"Tal, udah malam, aku capek."
"Apa karna aku belom kasih anak"
"Harus dibicarain detik ini? Mgkin yang kali ini berhasil"
"Claf, besok aku ikut nonton IBL ya?"
"Ga usah, buat apa nanti juga kamu pulang duluan, karena panggilan wajib"

Duaaaaar! Pembicaraan selesai. Kamu tidur. Aku nelangsa. Alu menangis tanpa kamu tau. Ritual intim kita, yang biasa kita lakukan, akhirnya hanya berisi obrolan kaku seperti ini. Dan kian hari, kita semakin jauh. Perlahan, aku justru lebih nyaman tanpa kamu, aku jauh lebih tenang di rumah sakit. Di ruang operasi. Bersama pasien2ku.

Aku bahkan mulai jarang dirumah. Aku mengambil tugas jaga setiap dokter yang berhalangan. Hanya untuk menjauhimu dengan cara yang "elegan" (*ada banyak pasien). Hubungan kita, tidak semakin baik claf. Pembicaraan kita, tidak bermakna apapun. Kamu dengan sindiranmu, juga nada dinginmu, kecuekkanmu. Aku, ingin mencoba mengerti. Tapi, jauh didalam hatiku hancur saat tau, kamu meninggalkan hatimu pada salah satu kerabat pasienku.

Hidup memang lucu,claf. Sejauh apapun aku menghindarimu, aku tidak pernah berniat mengakhiri "kita".  Sampai kamu memintanya. Kamu menginginkan dia. Kamu menyalahkan aku. Kamu menghadirkan dia, karna aku terlalu sulit kamu rengkuh, katamu. Kamu menciptakan dia, karna dia menyamankanmu lebjh dari yang bisa aku beri. Kamu melepaskanku, karna aku terlalu jauh untuk kamu kembalikan.

Dan, kamu harus tau, disaat kamu menghadirkan dia, aku mempertaruhkan kita untuk menyelamatkan kerabatnya. Aku memilih menghancurkan kita, agar kerabatnya tetap utuh bersama keluarganya. Aku terdengar sombong,claf? Atau terdengar menyedihkan?

3 mggu setelah kamu mengakui hubungan kalian. Perempuan itu tegak didepan ruang periksaku, memaksa masuk ubtuk berbicara denganku. Haruskah aku bertingkah liar? Menamparnya? Memakinya? Dia merebut satu2nya hal yang masih ingin aku miliki. Suamiku.

"Harol, banyak bercerita tentang anda, dok."
"Mau apa kamu disni?"
"Saya mencintai harol, dengan cinta yang todak bisa anda bayangkan. Harol jauh lebih bahagia dengan saya. Cinta yang saya punya membuatnya hidup. Bukan hanya status. Lepaskan dia, saya akan membuatnya bahagia."

Lepaskan dia. Saya akan membuatnya bahagia. Apa aku menjahatimu? Apa kita menikah karena terpaksa? Hingga dia bisa berkata sedemikian bangsat seperti ini. Apa kita benar2 selesai,claf? Apa saya membuatmu tidak baahagia? Apa saya menyiksamu dengan memasungmu disini? Demi sebuah status? Demi ego saya? Demi janji kita? Apa salah bila saya bertahan? Atau karna keperempuanan saya tidak bisa saya buktikan selama 10 tahun ini? Saya tidak juga hamil? Apa bila saya bisa hamil, kita sebenernya baik2 saja?

Kamu ada dirumah malam ini, menonton kartun kesukaanmu, ditemani popcorn manis kesukaanmu dan rootbeer. Kamu bergeming, dan masih terus menonton. Dulu, kamu akan berbalik dan memelukku, menciumku dan kita...
Claf, mungkin dia benar, aku tidak bisa membahagiakanmu. Cinta kita sudah selesai. Mungkin...

Aku menyalakan lampu, mematikan televisi, dan duduk dihadapanmu. Kita perlu berbicara sebaagi orang dewasa. Bila tidak ada lagi cinta disini, izinkan aku duduk dan berbicara sebagai orang yang pernah kamu inginkan setengah hidupmu.

"Aku minta maaf untuk kita,claf. Dengerin aku. Aku tidak akan memintamu tinggal disini. Seperti dulu. Maafkann keegoisanku,claf. Maaf karna aku gagal menjadi istri yang baik. Aku mencintaimu, dulu dan besok. Tidak ada yang akan berubah.

Kamu menatapku tanpa berbicara, tanpa membantah dan tanpa sindiran seperti biasa. Mungkin kamu sudah jenuh denganku.

"Mulai besok, kamu bebas, claf. Aku datang untuk pamit, dari hidup kamu. Aku membebaskanmu,claf. Pergilah dengan dia yang jauh lebih membahagiakanmu. Dia yang bisa melengkapi kamu. Dan selalu ada denganmu, kapanpun kamu butuh."

"Kamu bener2 menyerah untuk kita,tal?"

"Hanya itu pilihan yang aku punya. Karena kamu tidak ada lagi disini dengan aku. Hatimu."

"Aku menemukan dia, disaat aku merindukan kamu. Dia mengisi semua ruang yang kamu tinggalin kosong untukku. Kita berhenti berjuang ketika kita berhenti saling bicara. Tapi, Aku mencintai kamu, tal."

"Claf, kita sudah lama selesai. Cerita kita adalah permainan pertahanan. Bukan saling mempertahankan."

"Tal, Kasih aku kesempatan sekali lagi."

"Aku pamit,claf. Take care ya. Mgkin besok Mas Lio, ketemu sama kamu"

Aku berjalan menuju pintu keluar. Pintu yang akan memisahkan kita selamanya. Pintu yang akan aku tutup seumur hidupku,hanya untukmu. Hanya untuk namamu. Pintu yang tidak akan kubuka lagi untuk siapapun.

Kamu berjalan dibelakangku. Sesaat aku berharap kamu menarikku kembali, memintaku seperti waktu dulu, waktu hanya aku dihatimu. Waktu itu cintamu hanya untukku.

"Claf, untuk pertama kalinya aku bersyukur Tuhan tidak memberikan anak untuk kita. Karna aku pasti membencimu, bila anak kita menyaksikan ayahnya berhenti mencintai ibunya. Karna ketidaksempurnaanya sebagai istri.
Dalam suka dan duka'kan,claf?"

Dan, aku takkan melupakan semua yang indah, yang pernah engkau berikan...

Claf, jika suatu hari aku terbangun, dan merindukanmu.
Aku akan membenci diriku, karena memintaku pergi.
Namun, bila suatu hari aku terbangun, lalu kamu masih disisiku, seperti kemarin...
Aku akan lebih membencimu, karena melukaiku lebih dalam

Aku punya dua pilihan ini,claf.
Dan aku memilih yang ke 1.

Jauh lebih baik, membenci diriku, untuk kebahagianmu. Daripada membahagiakan diriku untuk kehancuranmu. Ini gila,claf.

Karna sampai pada akhirnya, cinta yang aku tau hanya untuk melihatmu bahagia.

28 Febuari

Aku berhenti didepan rumahmu. Aku mendengar dari mbok Dar, kamu sudah bertiga sekarang. Selamat menjadi ayah.
Selamat menjalani cita2mu sebagai keluarga yang utuh.

Dariku,
Yang gagal menyempurnakan inginmu

Benyada Remals "dyzcabz"

**************************************

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...