Langsung ke konten utama

Cerita tentang orang jujur


Mama. Saya. 2 gelas lemon tea. 2 mangkok bakso komplit. Pangsit goreng. Ritual wajib yang kita berdua sukai. Tentunya sambil membahas hal-hal ga penting, seedikit penting dan benar-benar penting. 

Hari ini, kami bercerita tentang banyak hal. Banyak kenalan mama. Juga kenalan papa. Beberapa diantaranya saya tau dan kenal dengan baik. Mama selalu punya cara bercerita dengan baik. Yang unik. Mama tau caranya menciptakan hal biasa menjadi hal yang patut untuk ditertawakan bersama. 

Didalam setiap obrolan dengan mama. Selalu ada nasehat yang tersirat ataupun yang tersurat. Mama selalu tau bagaimana caranya menyampaikan hal baik, diwaktu yang tepat. 

Mama bercerita tentang orang-orang yang mama kenal baik. Senior mama dalam pelayanannya. Orang-orang yang jujur dalam hidupnya. Tidak pernah memperhitungkan materi yang didapatnya. Tidak mengeluhkan tentang gaji bulanannya. Mereka melayani dengan tulus. Tanpa harus menjilat atasan untuk mendpaatkan "tempat basah", tanpa harus menjatuhkan teman untuk "terlihat jagoan". 

Mereka adalah orang-orang baik yang selalu mama jadikan panutan. Bahwa dalam keadaan terjepit dan kekurangan, mama mengimani Yesus tidak pernah gagal untuk menolongnya. Sama seperti kesaksian dari orang-orang itu. 

Obrolan berlanjut. Mama bercerita tentang pengalaman iman beberapa jemaat yang pernah mama layani. Sembuh dari sakit. Bahkan saat dokter sudah memvonis bahwa umurnya tidak akan lama lagi. Dia tetap bergumul dan berharap pada Tuhan yang dia imani. Akhirnya, orang itu berhasil bertahan beberapa tahun. Melampaui batas waktu yang dikatakan oleh dokter. 

Yah, orang jujur. Sejauh yang saya tahu, saya sangat menghormati orang-orang yang memiliki integritas yang baik, kualitas hidup yang mengagumkan, serta prinsip hidup yang benar. Saya selalu diajarkan untuk jujur pada apa saja yang saya lihat, saya dengar, saya rasa. Menjadi orang jujur adalah sebuah idealisme dan juga sebuah mimpi. Siapa sih, yang bisa jujur sejujurnya hari ini? 

Sejauh yang saya ingat, saya sangat menaruh respect pada mereka yang menjalani hidup dengan cara yang benar. Sebagian dari mereka mungkin bukan orang kaya, mereka tidak berlimpah secara materi, tidak sering juga menghemat untuk suatu hal yang diimpikan. Tapi, mereka tidak pernah kekurangan. Tuhan yang mereka imani, mencukupkan segala kebutuhan mereka, memenuhi apa yang dianggap kurang. 

Saya dan mama menyudahi pembicaraan ini.

Ini nasehat mama...
Orang jujur mungkin tidak selalu hidup dalam kemewahan atau berlimpah dalam hal materi. Namun, sejauh yang saya liat, orang jujur tidak pernah hidup dalan kekurangan. Tuhan selalu mencukupkan apa yang dia butuhkan, dan melebihkan apa yang dia anggap kurang. Setidaknya belajarlah hidup dengan serderhana dan tidak "memakan jerih lelah orang lain". Cerita tentang hidup harus hebat, yang sederhana itu sikapnya. 

Dan, terima kasih...
Untuk semua orang jujur yang pernah saya kenal,
Dan selamanya saya kagumi. 
Dunia mungkin menganggap kalian naif, bodoh, sok suci,
Tapi Tuhan yang mengenal setiap hati.
Tuhan yang memutuskan, apa yang kamu lakukan adalah salah atau benar. 

Sampai sejauh ini, saya ingin menjadi seperti kalian.
Hidup dalam kesederhaan, jujur dalam tutur dan tindakan, menjadi hebat untuk cerita masa depan.

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...