Langsung ke konten utama

Sebuah permainan

Permainan apa yang kita mainkan?
Siapa yang harus kalah?
Bagaimana kita bisa bertahan hingga akhir?
Bagaimana bila pada akhirnya tidak ada yang merasa kalah?
Atau pada permainan yang kita ciptakan,
Kemenangan bukanlah sebuah tujuan?
Melainkan sebuah kebersamaan?!!!

mungkinkah pada akhirnya kita harus miliki bersama?
Atau?? Kehadiran seseorang akan menentukan pada siapa trofi diberikan?

Benarkah harus ada seorang pemenang?
Benarkah KITA INGIN seorang pemenang?

Apa dengan begitu permainan yang kita ciptakan bertuliskan happy ending? Happily ever after?
Bila perlu seorang pemenang, mungkinkah kita saling menyakiti?
Haruskah?perlukah?

Bila kau kalah, tetapkah kau akan menyambut tanganku seperti biasanya dan mengucapkan selamat?
Atau bila sebaliknya... perlukah aku memelukmu dan mengucapkan selamat tanpa RASA SEDIH yang hinggap?

Aku pikir bukan kekalahan yang membuatku sedih, bukan juga permainan ini yang membuatku bertahan.

Tapi, KEBERADAAN KAMU DAN KEBERSAMAAN KITA!

Pada akhirnya, ego membuat kita kehilangan. Kehilangan arah dan tujuan.
Bukan lagi tentang TROFI yang ingin kita miliki. Namun proses yang KITA LEWATI sejauh ini. Membuatku sadar sampai sejauh ini.
KAMU SELALU ADA DISINI.
BAIK SEBAGAI TEMAN BAIK ATAU LAWAN SEPADAN.

Dan aku tidak bisa menimbang Mana yang lebih menyakitkan kehilangan seorang kawan atau lawan. Intinya KAMU dan cerita tentang kita...

Benyada remals "dyzcabz"

November

Suatu hari disaat saya terbangun dan menyadari,
Terlalu banyak yang dihancurkan untuk ego yang saya pertahankan...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...