Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

tidak untuk semua orang

  Ketika mendengar Luna dan Maxime menikah. Happily ever after! Saya ikut bahagia. Walaupun ga kenal. Bukan fans berat mereka juga, tapi saya turut berbahagia akhirnya mereka berlabuh bersama. Dulu, diawal-awal mereka digohsepkan memiliki hubungan . Saya seperti dejavu. Seseorang yang begitu saya sayang, pernah berada di posisi itu. Pacaran dengan laki-laki yang lebih muda 10 tahun.  Beliau tidak seberuntung Luna Maya, yang diterima dengan baik di keluarga si laki-laki. Padahal keluarga kami saling mengenal dengan baik. Sangat baik. Bahkan, ayah ibunya si laki-laki itu sempat tinggal di rumah pastori Surabaya selama berobat. Oh, anyway, saya bukan mau mengungkit-ngungkit ya. Walaupun akan terdengar seperti itu.  Hanya saja, sakit sekali mendengar kata-kata ....Siapa yang mau menikah dengan perempuan perawan tua itu? Anak saya bisa cari yang lebih baik. Punya anak jua su seng mungkin....  Kata-kata bangsat ini bukan hanya mematahkan hati beliau, namun menghancurkan ha...

no effort

beberapa minggu lalu, saya bercerita dengan senior. Bercerita tentang apa saja. Obrolan-obrolan ringan hingga setengah berat. Tentang banyak hal. Mostly sih, tentang relationship ya.  ... pembicaraan santai.  dan, pembicaraan itu menyinggung tentang "perselingkuhan"  "...what if...?" saya mendengarnya menceritakan sudut pandangnya dan pengalamannya. Bahkan dia berusaha mempertahankan pasangannya. Bahkan mencoba memperbaiki dirinya. Mencoba menjadi pihak yang bernegosiasi. Padahal, waktu itu mereka belum menikah.  setelah mendengarkan cerita beliau. Saya tidak merespon apapun. Saya cuman memotong tuna salad yang ada didepan saya dan menikmatinya dalam diam. Obrolan kamipun diberikan jeda dengan "sajian didepan kami".  Obrolan kembali berlanjut. Setelah habis menyantap makanan. dan akhirnya pertanyaan itu muncul,  "kalo mbak jedi, diposisi yang diselingkuhi, apa yang mbak buat?" Saya ... saya tidak akan melakukan apa-apa, mbak. Saya akan melepaskan...

Tentang Spesialis

Tentang Spesialis 4 tahun lalu, Di kereta yang membawa saya pulang ke Jakarta, saya menemukan bahwa Yesus menjawab "tidak, belum waktunya". Hari itu, saya menangis sejadi2nya. Saya tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa saya gagal tes masuk UNAIR. Tempat yang selalu saya impikan untuk belajar. Dari saya SMA, saya jatuh hati untuk bisa belajar di sini. I dont know why, but I love this place.  Dalam segala tangisan dan putus asa yang saya punya. Saya berdialog dengan Yesus, "lalu saya gimana? Kaka maunya sekolah lagi, Yesus. Saya ngga mau stag begini-begini aja. Oke, saya ngga bisa cardio..thats ok.  Tapi tolong kaka, saya ngga mau hanya stop sampe disini ." Ini doa saya dan tangisan saya, hampir beberapa bulan. Saya berdoa dan menangis seperti ini. Lebih tepatnya saya "merengek" ke Yesus.  Hingga suatu sore, mama bilang ke saya "kenapa ngga tes pns aja? Ini akan bukaan kok" Dan saya menata kembali semangat saya. Saya masih punya Yesus. Saya bel...