Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Tentang Noke #80

Saya menemukan ini di IG storynya amor semalam. Lalu, saya DM begini.... Sebagian orang pasti berpikir, "mereka benci sama papanya", ketika melihat DM diatas. Iyakan? Tertulis jelas disana, ko bukan ihalauw. 'IHALAUW', maap bila akan terdengar sombong.... Tapi, nama besar papa terlalu berat untuk Amor, pa. Amor harus bertumbuh dan berkembang, dengan kemampuan dia. Amor bukan pembanding papa. Amor itu penerus papa.  Dan, sebagai seorang penerus, tugasnya adalah berkembang sesuai dengan pengalaman2nya sendiri. Nasehat, contoh, ajaran, obrolan2 bermakna dengan papa adalah penguat dan pengingat bagi amor.  Papa adalah role modelnya amor sedari dia kecil. Kenapa dia mau jadi pendeta? Karna dia ingin seperti papa.  Saya masih ingat doanya anak kecil itu di meja makan di Makassar. "Tuhan Yesus, amor ingin jadi pendeta, seperti papa." Doanya tidak muluk, sederhana. Jadi pendeta. Seperti papa. Bila semua orang harus menaruh nama ihalauw di bel...

Tentang Noke #79 (*membuka kenangan lama)

  beberapa hari belakangan, saya kangen papa. Suasana disini sangat menyenangkan dan menenangkan. Saya nyaman disini. Suasana kerjanya pun begitu menyenangkan. Saya "hidup" disini pa. this is the air that i want to breathe. THIS IS. Suatu sore, dipertengah minggu, saya tiba-tiba ingat dengan FB saya yang sudah 3 tahun saya tutup. sejak papa meninggal, saya tidak lagi mengaktifkan FB itu. Saya menutupnya. Benar-benar menutupnya. Hingga 5 hari yang lalu, saya membukanya kembali. Saya  kangen membaca inboxnya papa dan saya. percaya ngga, saya dan papa sering banget inbox2an. sering banget. Apalagi dulu waktu saya masih PTT di Sorong.  Papa selalu menanyakan kabar saya. Saya selalu menumpahkan semua hal untuk papa.  Ketika FB itu dibuka, saya memasukkan kembali tulisan2 saya dan papa. Saya men-tag nama papa. Saya tau, itu sudah lama. Saya tau papa meninggal sudah hampir 3 tahun. Saya tidak bodoh. yang membuat saya heran, ada aja gitu beberapa orang yang merasa risih dan ...

cantik vs menarik (*yang lebih berbahaya) #latepost

Obrolan bangke antara saya, rasta, mbul...  Rasta : buat gw, yang paling membahayakan bukan cewe cantik... (*diem bentar) .....tapi cewe yang menarik.  Mbul : lah apa bedanya? Saya *nyimak  Rasta : cewe cantik banyak, mbul, nyed.... masalahnya, mereka ngga selalu menarik. Beda, kalo cewe itu menarik, at least.... (*hembusin asap rokoknya perlahan #sokserius) lo bakalan suka ngeliatin dia terus. Iya ngga? Setiap gerakannya, membuat lo bersyukur, dia bisa dinikmati dalam diam.  Saya : bangkee. Kalimat lo ngga enak banget, dinikmati dalam diam.  Mbul : lo kenapa ta?  Rasta : semua cewe yang terlihat menarik, ga segampang itu lo tundukin. Setubuh ya?  Saya dan mbul menatap jengah ke arah rasta.  Saya : semakin diliat, semakin menarik kan? Semakin tertarik, semakin jatuh cinta ya? Gitu ya konsepnya?  Rasta tertawa. Mbul ....menarik itu konsep berpikir kita sih, nyed, ta. Audy hepburn cantiknya ngaco sih, ga ada obatnya, but... (*nyomot quesadila d...

Berkah dalem 🙏

Kenapa solo?  Padahal om tante saya, orang2 yang punya jabatan di sorong. Mereka PNS dengan track record yang cukup disegani. Seharusnya, saya bisalah ya, tes disana aja. Seperti maunya Jhoni the bad (*om bungsu saya) 😂😂😂😂😂🤣🤣🤣  Tapi, saya tidak suka berkembang dibawah bayang2 nama besar siapapun. Dari dulu saya begitu. Saya tidak suka berada dilingkup dimana saya dikenal sebagai anaknya si A, keponakannya si B, atau cucunya si Z. Ngga, cara mainnya ngga gitu. (*bangke sombong bener, nyed!) Saya harus dikenal, dengan keilmuan saya, dengan nama saya sendiri. Thats cool, menurut saya. Bergantung dan menggantungkan diri pada nama besar orang, siapapun itu, melelahkan buat saya.  (*people always judging, rite?)  Saya diajarkan seperti itu oleh Noke. Sehingga, bila sekarang saya berada di tempat di mana saya tidak mengenal siapapun, saya mengucap syukur tentang hal itu. Kenapa? Saya akan belajar survive dengan cara saya. Iyakan, pa?  Saya tidak nya...

bukan jakarta lagi

  im so exhausted, dad... saya tidak menemukan apa yang saya inginkan disini pa. bukan ini yang saya mau, pa.  saya melayani seperti memang sebuah keharusan yang tidak mampu saya bantah. saya kehabisan akal, pa. Saya kehabisan "rasa" disini. Satu-satunya alasan saya berada disini adalah PROFESIONALITAS. Sumpah dokter yang saya lafalkan, pa. Membuat saya belajar menyenangi apapun yang rasanya tawar disini. Rasanya terlalu childish pa, bila saya keluar hanya karena tidak nyaman. Yesus membuat alasan itu terlihat jauh lebih keren, saya lulus CPNS di SOLO. Sehingga, saya terlihat jauh lebih hebat kan? walaupun rasanya biasa saja, pa. Tidak ada yang membuat saya begitu bangga dengan kelulusan ini, pa. Pa, sebentar lagi, saya akan memiliki "tempat pulang" yang baru,  SOLO. Saya ditempatkan disana, pa.   Meninggalkan jakarta, seperti meninggalkan "rumah". Setengah hati saya tertinggal di kota ini, pa. Sebab bagi saya, Rumah adalah jakarta, pa. Tempat saya tumbuh ...