Langsung ke konten utama

Hati saya patah, hari ini.

Hati saya patah.

09 mei. Jam 11.00

Saya sedang di ruang jaga. Ketika, sayup2 saya mendengar vonis hakim tentang terdakwa Pak Basuki T Purnama a.k.a Ahok. 2 tahun. Lebih berat dari tuntutan jaksa.

Kesalahan tak termaafkan'kah yang dia lakukan? Mgkin, bagi sebagian besar orang Indonesia, dia telah menyakiti sebuah kaum mayoritas di negara ini. Dengan beliau menyinggung sebuah ayat didalam Kitab yang dianut oleh agama tertentu. Okeh, let us see...

Beliau mengucapkan hal yang serupa juga pada waktu pemilu di Belitung, tidak ada yang terjadi. Beliau tidak diseret, beliau tidak dituntut. Semuanya biasanya saja. Kenapa? Apa karna di belitung, tidak ada kepentingan yang terjadi sebesar yang ada dijakarta? Atau karna perebutan kepala daerah disana tidak "se-bergengsi" harga sebuah DKI 1?
Lalu beliau mengutarakannya lagi, saat kunjungan ke Pulau Seribu. Bila, sebagian umat Muslim yang mendengar pidato itu, merasa dilecehkan oleh beliau, kenapa mereka tidak bertindak? Kenapa beliau tidak dilaporkan segera, saat itu juga. Kenapa? Kenapa baru setelah terjadi "pemotongan satu kata", lalu di upload baru terjadi kericuhan. Dan aksi bela "agama" berjilid2.

Mungkin, sebagian kalian akan mendebat saya "itu bukan haknya mengomentari hal yang bukan kapasitasnya." Atau "dia menghina alquran" atau "dia tidak boleh bicara hal yang bukan agamanya". Lalu, apa yang dilakukan oleh Ulama kalian terhadap kaum non-muslim?

Mengatakan kafir, meneriakkan non-muslim sebagai kafir. Ormas kalian, menghentikan perayaan natal di Bandung. Beberapa pejabat tinggi kalian, dibeberapa daerah, entah diintervensi ataupun tidak, dengan tegas menolak pembangunan gereja, dengan berbagai alasan. Pembakaran gereja di Aceh. Ancaman bom di Gereja Oikumene yang menewaskan anak kecil. Apa kalian, bilang itu bukan Penistaan? Ketika kalian meneriakkan kepercayaan orang lain, sebagai seorang "kafir" hanya karna mereka bersebrangan keyakinan. Kalian sudah menistakan agama tersebut. Coba gih, baca arti kafir baik2 dalam kamus bahasa indonesia. Bukan kafir yang diterjemahkan dalam arti keyakinan kalian.

Sebagian dari kalian akan bilang, itu segelintir saja. Tidak semua "agama mayoritas" berbuat itu.

Jadi, ketika ulama besar kalian menyebutkan Tuhan, beranak, siapa bidannya? Apa hak dia berkata itu? Itu bukan agamanya, itu bukan keyakinannya. Atas dasar apa dia melakukan penghinaan itu. Ulama besar loh. Yang selalu meneriakkan takbir dan katanya memperjuangkan harkat dan martabat bangsa. Beliau juga mengeluarkan sejumlah umpatan dan hinaan terhadap pancasila. Mengata-ngatai proklamator dan salah satu mantan presiden RI. Itu penistaankan?

Sebagian dari kalian, akan tetap ngotot. "Ahok tetap salah", "buktinya, dia divonis", "hakim sudah memutuskan"

Kita jujur2an yuk, saya menghormati keputusan hukum. Ini negara hukum. Tapi, intervensi dari berbagai ormas yang mengadakan demo berjilid2, juga pasti dipertimbangkan'kan? Kalau anda mengikuti sidang itu dari awal, anda pasti sangat paham. Bahwa saksi2 yang didatangkan 3/4 bukanlah orang yang "ada dan hadir" langsung di TKP. Mereka melihat dari video. Mereka mendengar dari "kata temen", lalu ada saksi yang berada disana, beliau mengatakan tidak terjadi apa2 setelah Pak Ahok pidato. Saksi itu seseorang yang lihat secara langsung, pegang dengan tangan, dengar denngan telinga, lihat dengan mata, orang yang "ada di TKP". Lalu, saksi2 yang dihadirkan hanya jadi dagelan. Kenapa? Setiap kali saya mengikuti jalannya sidang itu, saya miris. Kok bisa saksi bukan yang langsung ada disitu, kok bisa cuman dengar. Kok bisa hanya liat dari alat bukti video yang bahkan sudah di"edit".

Ketika, jalannya persidangan layaknya kita menonton sebuah opera sabun. Rasanya sedih, hakim memutuskan hal yang diluar dugaan. Vonis 2 tahun. Ahok tidak bersalah. Dia hanya dikorbankan, oleh sang pemain bidak. Dia hanya dipakai untuk menenangkan dan memenangkan langkah selanjutnya.

Ini bukan berbicara tentang kaum minoritas atau mayoritas. Ini tentang Anak Bangsa Indonesia. Anak yang membanggakan wajah negeri ini dengan kinerjanya yang benar dan jujur.

Alangkah takutnya, mereka bila ahok harus naik lebih tinggi dari mereka. Jadi, untuk mematikan langkah geraknya, beliau harus langsung dijadikan pesakitan. Agar, tidak lagi berkembang isu bahwa beliau akan dilantik jadi mendagri, bpom atau ketua KPK.
Hanya untuk seorang Ahok, begitu banyak "senjata" yang kalian arahkan. Pernah dia merugikan bangsa ini? Pernah dia mencuri hak hidup orang banyak? Bukankah yang dia lakukan, sangat jarang dilakukan bahkan oleh kaum intelektual "yang disebut mayoritas".

Bahkan ketika, pilkada beliau kalah. Beliau tidAk sesumbar tentang apapun. Beliau tidak memanas-manasi tentang apapun. Beliaupun, tidak mengerahkan massa untuk membelanya. Beliau legowo, tidak ada orang yang bermental seperti beliau.

Sekarang, tuntutan sudah terpenuhi. Si penista agama versi kalian, sudah ditahaan, dikurung. Kalau, ada lagi hal2 yang harus diributkan, setelah ini. Kita taukan, ini tentang apa? Semua sudah membuktikan intervensi seorang jokowi pada kasus ahok, tidak ada. Lalu, mau apa lagi?

Kedudukan setiap warg negara di mata hukum adalah sama. Jadi, tidak ada tebang pilih. Setuju ya? Kalau begitu, jalankan dan tegakkan hukum bagi setiap orang yang "sedang dilaporkan", siapapun beliau. Jangan ada diistimewakan karna gelar Ulama yang disandang. Dibalik "jubah keagamaan" yang beliau sandang. Beliau hanyalah manusia biasa yang bisa salah dan wajib menjalankan "kewajiban hukumnya" sebagai warg negara yang taat. Bila, beliau bisa berteriak dengan lantang pada setiap orasinya tentang si penista ini, masak sih beliau tidak mampu menjalani proses pemeriksaan "seberani" si penista agama ini?

Pak Ahok, menjalani semua proses "tanpa mangkir", "tanpa alasan", "tanpa demo2 pembelaan". Ayolah, ini negara hukum. Semua proses hukum harus dihormati. Sekalipun hasilnya, tidak seadil timbangan dewi temis.

Ketika, banyak orang menyamakan Hakim dengan Pontius Pilatus. Zaman Yesus diadili. Cuci tangan yang bersih ya,pak. Kalo ngga, nanti bisa sakit loh. Ahok memang bukan Yesus. Namun, beliau adalah pengikut Yesus. Beliau meneladani Yesus. Makanya, mentalnya keren, keberaniannya melawan arus dalam menegakkan kebenaran akan selalu diceritAkan dari masa ke masa. Sejarah akan mencatat namanya. BahwA, di bumi pertiwi, pernah ada seorang bernama Ahok, yang membela hak rakyat miskin, hak hidup orang banyak, menegakkan kebenaran dan keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat Ibukota, yang benci ketika uang rakyat dicuri. Namanya,Ahok. Jangan lupa itu. Beliau menetapkan standar yang tinggi bagi estafet selanjutnya. Integritas. Loyalitas. Jujur. Adil. Tegas. Disiplin. Mengayomi. Pelayan masyarakat. Iya, namanya Ahok. Jangan lupa itu.

Hari ini, pendukungnya bersedih. Mereka bilang RIP Justice. Belum, bagi saya belum, kalahnya ahok membuktikan, Indonesia masih jauh dari kata maju. Kita punya sumber daya, kita punya tenaga, sayangnya Otak kita, cara berpikir kita masih sangat primitive. Dengung, soal agama, bisa memecah persaudaraan. Berbeda pandangan politik mampu mengoyak keharmonisan. Lalu, teriakkan minoritas dan mayoritas selalu dimunculkan. Padahal, kita ini satu, anak2 ibu pertiwi. Tumpah darah Indonesia. Berbangsa satu bangsa Indonesia. Berbahasa satu Bahasa Indonesia. Ideologi kita Pancasila. Dasar negara kita UUD '45. Hukum adalah pijakan kita. NKRI adalah harga mati untuk semua keberagaman kita.

Mereka mematikan langkah2, anak2 terbaik bangsa. Dengan isu2 murahan. Jadi, dengarkanlah Indonesia...
Belajarlah dari jakarta, jangan sampai anak terbaik didaerah kalian dijatuhkan hanya karena kepentingan segelintir orang. Jangan termakan issue agama. Karna agama adalah hal yang sensitif, dan hal paling mudah untuk diperjual belikan. Semoga, apa yang terjadi pada Pak Ahok dijadikan pelajaran yang baik untuk kita, kenapa kejahatan terjadi? Karna ketidak pedulian orang2 baik. Karna ketidak mau repotan orang2 yang benar. Lalu, diamnya orang2 baik yang menempatkan diri hanya sebgai penonton. Jangan golput. Kita tidak mau digiring pada konflik perpecahan karna agama. Jangan diam. Bergerak dengan elegant. Berikan hakmu bersuara pada pilkada. Agar yang terpilih adalah yang terbaik. Jangan mau dibeli dengan janji dan uang. Sebab, Indonesia kita harus tetap membanggakan hingga nanti anak cucu kita ada.

Saya Indonesia. Saya menjunjung tinggi Pancasila. Saya mengawal UUD '45. Saya menghormati Bhineka Tunggal Ika. Saya menghargai proses Hukum dan Peradilan. Untuk saya, NKRI harga mati. Keberagaman adalah wujud keindahan ibu pertiwi.

Orang menjadi besar, karna pengalaman. Orang menjadi kuat, karna pengamalan.
Dibalik cerita orang2 yang "besar dan kuat" didunia ini, selalu ada kekalahan kecil sebagai awal sebuah perjuangan menuju pembaharuan.

Tuhan tidak pernah gagal,pak. Tuhan juga tidak pernah salah. RancanganNYA adalah rancangan damai sejahtera. Tuhan menguatkan dan memberikan ketabahan untuk bapak.

Penjara tidak akan melunturkan kekaguman saya tentang bapak. Bapak mengajarkan saya, iman tanpa perbuatan adalah sia2. Bapak adalah contoh nyata, selain papa saya, bahwa mengikut Yesus itu mahal harganya. Terima kasih, Pak Ahok.

Hati saya patah, hari ini. Mendengar vonis hakim. Lalu, melihat bapak tetap kuat dan tegar seperti itu. Saya menatap langit dan berbisik pada Yesus, "Berperkaralah dengan mereka yang melawan dia, hanya karna kebenaran yang dia perjuangkan"

Terima kasih, Pak Djarot. Untuk contoh yang benar dan baik. Bapak memeteraikan kata2 lagu ini "arti teman lebih dari sekedar materi. Demi bermain bersama kita duakan segalanya. Merdeka kita. Kita merdeka" salute saya untuk bapak. Jarang menemukan sahabat yang tetap memeluk sekalipun terjatuh. Jarang melihat ketulusan seperti ini.

09 mei.

Hari dimana, saya begitu sedih melihat superman itu dikalahkan. Dulu saya pikir, jagoan hanya ada dalam cerita fiksi. Hari ini, saya melihat dia nyata dalam seseorang yang kita panggil Ahok. Tuhan semesta alam memberkatimu,Pak Ahok, juga menguatkan keluarga bapak. Tuhan mengatur waktu2 dibawah langit sesuai dengan rancangannya. Semuanya akan indah pada waktunya. Orang benar tidak pernah kalah, dia hanya dikalahkan oleh orang2 yang merasa terancam karna kebenaran.

Jadi, ini tentang keadilan? Atau tentang politik? #cumannanyak #gaperluserius

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...