Untukmu yang sudah dewasa.
Kau bebas pergi kemanapun. Bersama siapapun. Kaupun bebas menentukan kemana arahmu, lajumu, atau tinggalmu. Tidak ada yang berniat menahan. Tidak ada yang berniat merubah.
Waktu tidak berhenti. Menit berlalu. Detik berlari. Menjadi apa yang kamu inginkan adalah mimpimu. Jadilah seperti apa yang kau mau. Ingat, tidak ada yang menahanmu disini.
Semua memaklumkan kesombonganmu. Begitu juga kesokhebatanmu. tapi tidak pernah terbersit aedikitpun, mendoakan celaka untukmu. Kamu muda. Kamu kuat. Kamu idealis. Kamu realistis. Kamu bergerak. Kamu berkarya. Kamu merasa mampu. Lakukanlah.
Sekali lagi. Tidak ada yang memasungmu disini. Tidak juga memohon kamu untuk memelankan langkah tegapmu. Atau memintamu untuk sesekali berbalik. Yang tertinggal hanyalah jejakmu. Jejak yang mendewasakan pikirmu dan arah tujumu. Jejak yang bercerita tentang kelamnya masa lalumu. Serta kuatnya hatimu memendamnya. Pergilah, waktumu untuk terbang, sudah tiba.
Dewasamu. Telah membuatmu lupa tentang bagaimana kesantunan berlaku. Kamu berlari dengan gagah diluar sana, memelankan suaramu pada si asing, juga menurunkan egomu pada si jalang. Namun, pada gubukmu, kamu bahkan menajamkan cakarmu. Meninggikan suaramu. Siapa musuhmu? Apakah dewasa yang kamu jalani, membuat egomu berpikir kamu bisa tanpa dia? Lakukan apa yang kamu anggap benar. Kapal sudah berlayar, pantang menarik layar kembali.
Kita lihat sampai sejauh apa kehebatanmu? Sampai sejauh mana kesombonganmu? Sampai sedalam apa egomu bertahan?
Sampai waktu dimana kamu tertatih, bahkan terjatuh...
Kamu akan melihat lebih banyak. Lebih baik. Lebih dari semua yang kamu harapkan.
Bahwa, tidak ada yang jauh lebih menyayangimu selain orang-orang yang tertawa dan bersuka cita ketika pertama kali kamu menghirup udara diluar rahim indukmu.
Bila saat itu tiba,
Pastikanlah satu hal, kamu masih pantas untuk dimaafkan. Kamu masih layak diperhitungkan sebagai bagian dari darah.
Sebab batas sabar tidak pernah setinggi langit. Juga tidak pernah sedalam palung laut. Bila sabarnya orang sabar sudah kamu langgar. Hentikan langkahmu untuk kembali ketika egomu terperosok oleh kesombonganmu.
Jangan datang, hanya ketika butuh atau susah. Jangan kembali hanya ketika kau merasa dunia menolak. Atau ketika Tuhan tidak sebaik yang kau harap. Jangan balik. Jangan kembali. Lanjutkan langkahmu. Sama ketika kamu dengan sombong berjalan pergi meninggalkan gubukmu. Kamupun harus sesombong itu dalam mempertahankan egomu.
Kamu pergi dan tidak membutuhkan masa lalu. Kamu bertingkah seolah kamu hidup hanya karna hari ini dan hanya demi hari esok. Tidak ada yang memintamu mengingat masa lalu atau mengemis tentang masa lalu. Sehingga kau harus berterima kasih pada masa lalu.
Masa lalu ada dibelakang bukan untuk diulang, namun untuk dipelajari. Kamu harus belajar cara menghargai masa lalu untuk sampai pada hari ini dan untuk melangkah ke hari esok. Masa lalu selamanya ada dan melekat. Dari dia, kamu berterima kasih untuk kamu hari ini, dan dari dia juga, kamu akan memperjuangkan hari esok.
Jika kamu terlalu pongah untuk menjenguk masa lalumu. Pastikan saja hidupmu hari ini baik2 saja, dan mantapkan saja hari esokmu dengan kenyamanan. Sebab, jika hanya egomu yang kamu menangkan untuk melupakan masa lalu, tanpa usaha lebih kearah yang lebih baik. Masa depanmu akan sama dengan masa lalumu.
Sejarah selalu berulang. Bercerminlah dengan benar. Bertindaklah dengan bijak. Berpikirlah dengan tenang. Setiap gerakan harus bermakna. Bila kamu tidak menjadi lebih baik untuk hidupmu hari ini, apa bedanya kamu dengan masa lalumu?
Ini sebuah pertanyaan saja,
Kamu benar2 berlari menjauhi masa lalu? Atau kamu berlari menuju masa lalu?
Tulisan tolol ini, tidak dibuat untuk siapapun. Jangan mengira. Tidak baik menduga-duga. Apalagi berprasangka.
Ini untuk semua orang, yang bertekad untuk lepas dari masa lalunya, namun semua tindakan serta usahanya justru tidak membuatnya lebih baik dari masa lalunya. Dia hanya bermimpi untuk keluar menjadi lebih baik, ditempat yang sama saja. Mungkin bila suatu hari dia terbangun, dia akan menemukan bahwa dia yang dulu adalah dia yang sama dengan hari ini. Tidak lebih baik. Semuanya sama saja.
Apa yang kamu tabur, itu yang kamu tuai.
Mgkin bukan hari ini, bukan juga lusa atau besok. Segala yang kamu kerjakan dengan tidak benar akan dikembalikan lagi kepadamu.
Berbuat benarlah dalam hidupmu. Sebab setiap hal dibawah langit ini ada masanya. Kamu bisa menyembunyikan diri dari manusia, tapi tidak dari Sang Pencipta.
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar