Langsung ke konten utama

Tentang menjadi "dewa-sa"


Dewasa itu menahan ego untuk merasa paling benar. Dewasa itu mau mendengarkan apa yang dibicarakan oleh orang lain, sekalipun isi pembicaraannya tidak berbobot. Dewasa itu tahan keinginan untuk interupsi dan menyela pendapat orang. Dewasa itu berbicara seperlunya, sebijaknya dan dalam kapasitasnya. 

Dewasa itu bukan sebuah kebutuhan, tapi keharusan. Dewasa bukan tentang umur. Dewasa tentang kematangan cara berpikir, bertutur dan bertindak. Dewasa itu berani mengambil resiko dan menghdapi resiko. Dewasa tidak diukur dari banyaknya materi. Bhkan seorang pemulungpun bisa jauh lebih dewasa ketimbang si borjuis.

Dewasa itu memusatkan pikiran pada hal2 yang benar lalu memutuskan dengan bijak. Dewasa itu ketajaman intuisi untuk merasai, memaknai dan memahami situasi dari berbagai sudut pandang. Dewasa bukan tentang menang kalah, tapi duduk bersama untuk mufakat. Dewasa tidak bercerita dengah pongah tentang kehebatan "ku", tapi kerjasama "kita"  mencapai hasil yang memuaskan.

Dewasa.

Kata ini selalu didengung2kan oleh manusia yang "beraga" dewasa, juga sebagai kamuflase orang2 yang "berusia" dewasa... Sayangnya, orang dewasa belum sepenuhnya bisa menyelesaikan masalahnya dengan cara orang dewasa.

Didalam setiap manusia dewasa, ada ego anak kecil yang berdiam disitu.
Tersimpan diam, lalu keluar pada waktu "kedewasaannya" dipertanyakan.

Sudahkah kita, manusia dewasa ini, menjadi benar2 dewasa?

Atau, sedewasa apapun kita, selalu ada keputusan yang membuat "kedewasaan" kita, harus dipertanyakan?

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...